Page 69 - Educational HYpnosis
P. 69
Educational Hypnosis (2018)
Free Ebook by Zainurrahman, S.S., M.Pd., CHt.
Zonahypnosis.wordpress.com
kerja keras orang lain, padahal saya senantiasa menyampaikan materi secara
mendetail. Saya sering mengatakan bahwa menguasai keterampilan menulis
bukan hanya penting bagi mereka yang ingin menjadi penulis, tetapi kita semua,
karena kemampuan menulis merupakan salah satu ukuran kualitas literasi. Saya
memperhatikan daftar hadir mahasiswa dan sebagian besar mahasiswa adalah
mahasiswa yang rajin mengikuti perkuliahan saya. Namun ternyata kehadiran
mereka di kelas tidak membuat mereka belajar. Mereka selalu hadir karena takut
tidak lulus mata kuliah saya, tetapi mereka tidak takut tidak mengerti materi dan
tidak takut ketahuan menjiplak pekerjaan orang lain yang akibatnya lebih buruk
dari sekedar alpa. Saya berasumsi bahwa mereka memberikan makna terhadap
“daftar hadir” sebagai penentu kelulusan, bukan pengetahuan dan keterampilan
mereka. Makna yang mereka berikan terhadap daftar hadir itu menciptakan emosi
positif yang mendorong mereka untuk hadir, dan menciptakan emosi negatif yang
mendorong mereka untuk menghindari alpa. Lebih jauh lagi, mereka memiliki
perasaan tertentu terhadap “lulus” seperti rasa senang dan rasa puas. Tetapi
mereka pada dasarnya tidak mengalami pembelajaran secara optimal karena
mereka hanya memberi nilai penting terhadap kehadiran di kelas dan tidak pada
ilmu pengetahuan yang justru sangat penting bagi mereka. Mereka termotivasi
untuk hadir di kelas, namun tidak termotivasi untuk belajar.
Hadir dan belajar berada pada satu ruang dan waktu yang sama, namun
motivasi untuk kedua hal ini berbeda. Jika siswa termotivasi untuk belajar, maka
mereka juga termotivasi untuk hadir. Namun jika mereka termotivasi untuk hadir,
belum tentu mereka termotivasi untuk belajar. Ini pada dasarnya proses
pemberian makna dan penetapan tujuan atas “hadir” dan “belajar”. Dan ini terjadi
karena emosi terhadap hadir tidak meliputi emosi terhadap belajar, atau
setidaknya emosi atas keduanya adalah emosi yang berbeda (misalnya mereka
suka hadir tetapi tidak suka belajar). Ini menunjukkan bahwa emosi terhadap
sesuatu ditentukan oleh pemberian makna terhadap sesuatu itu, dan juga sangat
menentukan motivasi (mendekat atau menghindari) sesuatu itu.
Saya menyadari apa yang harus saya lakukan untuk mengatasi hal yang
cukup membuat frustrasi ini. Saya yakin bahwa membantu mereka untuk
memberikan makna baru terhadap hadir dan belajar sangat penting. Dengan
demikian, emosi mereka terhadap hadir dapat meliputi belajar mereka di kelas.
Dengan memberikan makna baru, maka emosi mereka terhadap belajar akan
berubah dan ini akan menjadi dorongan bagi mereka. Lalu bagaimanakah para
pakar yang lain melihat hubungan antara emosi dan motivasi (dalam konteks
pendidikan)?
Secara etimologis, baik emosi maupun motivasi sama-sama berasal dari
akar kata yang sama yakni movere (bahasa Latin) yang berarti bergerak (move).
Dari pengertian ini, emosi dan motivasi sama-sama merupakan stimulus yang
62