Page 72 - Educational HYpnosis
P. 72

Educational Hypnosis (2018)
                                                                Free Ebook by Zainurrahman, S.S., M.Pd., CHt.
                                                                                Zonahypnosis.wordpress.com

                  merupakan  emosi  itu  sendiri.  Akan  tetapi,  kebutuhan  bisa  juga  disadari  secara
                  kognitif atau berdasarkan pemikiran.

                         Contohnya, seorang siswa yang belajar dengan giat sehingga mendapatkan
                  hasil  yang  memuaskan  dirinya,  gurunya,  orangtuanya,  dan  lain-lain.  Siswa  ini
                  membutuhkan  “hasil  yang  memuaskan”  dan  juga  membutuhkan  “pengetahuan”
                  karena  hanya  dengan  memenuhi  kebutuhannya  terhadap  pengetahuan  maka
                  kebutuhannya terhadap rasa puas akan terpenuhi.

                         Jika kita menanyakan kepada siswa tersebut mengapa dia belajar dengan
                  giat,  maka  jawabannya  pasti  terdiri  dari  kebutuhan  yang  bersifat  kognitif  dan
                  kebutuhan yang bersifat emosional.  Siswa tersebut secara sadar menjawab “Saya
                  butuh nilai yang tinggi agar saya bisa mendapatkan pekerjaan yang layak” atau
                  “Saya  butuh  pengetahuan  tentang  menulis  karena  saya  ingin  menjadi  seorang
                  novelis  dan  untuk  menjadi  seorang  novelis  saya  harus  memiliki  keterampilan
                  menulis.”  Di  balik  alasan-alasan  kebutuhan  ini,  sebenarnya  bersemayam

                  kebutuhan emosional seperti rasa takut tidak mendapatkan pekerjaan yang layak,
                  rasa  khawatir  mengecewakan  diri,  guru,  dan  orangtua,  rasa  bahagia
                  membayangkan  diri  sebagai  novelis,  rasa  puas  membayangkan  diri  menjadi
                  populer karena karya dan kreasinya, dan sebagainya.
                         Jika kita perhatikan dengan cermat, maka gagasan tentang kebutuhan ini

                  pada gilirannya membedakan kategori motivasi yang kita kenal dengan motivasi
                  intrinsik  dan  motivasi  ekstrinsik.  Motivasi  intrinsik  dapat  dipahami  sebagai
                  dorongan internal (psikologis, mental, emosi) untuk melakukan sesuatu, misalnya
                  demi kepuasan individu; sementara itu motivasi ekstrinsik dapat dipahami sebagai
                  dorongan  eksternal  untuk  melakukan  sesuatu  misalnya  hasil  atau  tujuan  dari
                  sesuatu itu (Ryan & Deci, 2000). Mari kita sederhanakan ide ini dengan sebuah
                  contoh.

                         Anda  telah  memberikan  tugas  menulis  cerpen  kepada  tiga  mahasiswa,
                  sebut saja mahasiswa A, B, dan C. Setelah para mahasiswa mengumpulkan tugas
                  tersebut,  Anda  menanyakan  motivasi  mereka  masing-masing.  Respons  masing-
                  masing mahasiswa misalnya sebagai berikut:

                         A:  “Saya  sedari  dulu  suka  menulis  cerpen.  Menulis  cerpen  bagi  saya
                         memberikan  kepuasan  tersendiri  dan  saya  benar-benar  menikmatinya.”
                         [intrinsik]

                         B: “Saya ingin lulus mata kuliah ini dan oleh karenanya saya menulis cerita
                         pendek ini. Saya tahu jika saya tidak melakukan hal ini dengan baik maka
                         nilai saya akan rendah.” [ekstrinsik]

                         C: “Saya ingin menjadi seorang novelis suatu hari. Tetapi saya menyadari
                         bahwa saya belum mahir dalam menulis dan bagi saya ini adalah saat yang



                                                             65
   67   68   69   70   71   72   73   74   75   76   77