Page 75 - Educational HYpnosis
P. 75
Educational Hypnosis (2018)
Free Ebook by Zainurrahman, S.S., M.Pd., CHt.
Zonahypnosis.wordpress.com
conventional; sedangkan Bradley & Herbert (1997) yang mengadaptasi teori
kepribadian milik Carl Jung menyebutkan adanya kepribadian extrovert, introvert,
sensing, intuiting, thinking, feeling, judging, dan perceiving. Para ahli
menggunakan istilah-istilah yang berbeda untuk melihat kepribadian dalam
berbagai aspek alamiah manusia (Dornyei, 2005:11) misalnya Dornyei sendiri
menyebutkan adanya kepribadian phlegmatic, sanguine, choleric, dan
melancholic. Di dalam bagian ini kita tidak akan membahas detil setiap istilah di
atas, namun beberapa contoh akan diangkat agar bisa mendapatkan hubungan
antara emosi dan kepribadian.
Kita memaklumi bahwa emosi bukanlah satu-satunya pembentuk
kepribadian, namun emosi merupakan salah satu komponen yang paling
berpengaruh di dalam pembentukan kepribadian itu sendiri. Sebagaimana yang
sudah dibahas pada bagian emosi dan motivasi, emosi turut menentukan respons
terhadap tujuan, apakah respons mendekati tujuan atau menjauhi tujuan.
Kita pantas mengajukan sebuah pertanyaan krusial terhadap diri kita
masing-masing “mengapa kita mendekat/menjauhi suatu hal atau tujuan?” jika
kita menemukan jawabannya, maka jawaban itu merupakan salah satu komponen
yang membentuk motivasi kita. Sementara itu, kehidupan kita senantiasa dipenuhi
oleh berbagai hal yang menuntut berbagai respons dari kita. Meskipun respons
kita terhadap hal-hal yang kita hadapi senantiasa bersifat kontekstual, namun
frekuensi emosi yang menentukan respons tertentu pada suatu hal yang sama
dapat membentuk pola yang konsisten. Konsistensi pola perilaku atau pola
respons terhadap suatu hal inilah yang membentuk kepribadian. Suatu pola
perilaku dalam merespons bersifat konsisten sangat bergantung pada konsistensi
emosi yang mana sangat erat kaitannya dengan persepsi seseorang terhadap hal
yang membutuhkan respons darinya. Beberapa istilah dalam pembahasan-
pembahasan sebelumnya yang berkaitan dengan gagasan ini adalah mindset
(persepsi terhadap dunia) dan homestasis (sistem pertahanan jaringan sinaps).
Mari kita lihat sebuah contoh sederhana.
Perbedaan antara siswa extrovert dan introvert terletak pada
kecenderungan mereka untuk memberikan perhatian pada sumber motivasi
mereka (Bradley & Herbert, 1997; Dornyei, 2005). Bagi siswa extrovert, dunia luar
seperti lingkungan dan interaksi sosial merupakan sumber motivasi; sementara itu
siswa introvert cenderung menggunakan kapasitas internalnya untuk
mempersepsi, menginterpretasi, dan seringkali ditemukan menghindari interaksi
sosial yang intens. Jika kita kaitkan dengan istilah lain dari pakar lain, maka
realistic, social, dan enterprising termasuk tipe extrovert dan investigate, artistic,
dan conventional termasuk tipe introvert. Sederhananya, kita bisa mengambil
contoh seorang siswa pendiam di kelas kita sebagai siswa yang introvert. Saya
68