Page 53 - Buku Diklat Hutan Loa Haur
P. 53

hutanan. Sosialisasi digencarkan untuk mendongkrak pengetahuan dan
             kepedulian kelompok tani hutan terhadap kelestarian. Selain itu juga
             dilakukan pelatihan budidaya lebah madu, lele, agroforestry, dan juga
             pendampingan perhutanan sosial pasca izin.


                Targetnya, untuk menjadikan kedua kelompok tersebut sebagai KTH
             Mandiri, sekaligus menjadi tempat lembaga pelatihan dan pemagangan
             kegiatan usaha kehutanan dan lingkungan hidup (LP2UKS-Wanawiyata
             Widyakarya).

                Pendampingan-kelola-kawasan dilakukan agar setiap anggota KTH
             mengetahui batas lahan garapan dan mempunyai kesadaran untuk
             melestarikan  hutan  dengan  menanam  jenis  kayu-kayuan  dan  buah-
             buahan. Sementara itu, pendampingan-kelola-usaha dilakukan agar
             anggota KTH memiliki usaha produktif hasil-hutan-bukan-kayu,
             seperti lebah madu, lele, tanaman buah, dan tanaman bawah tegakan.

                 Upaya pendampingan KTH Olah Bebaya untuk mendapat pengakuan
             Kemitraan Kehutanan gagal berlanjut karena Hutan Diklat Loa Haur
             berada pada Tahura yang merupakan kawasan konservasi. Perdirjen
             KSDAE No. 6/2018 tentang Kemitraan Konservasi menyebut bahwa
             pengelola Tahura adalah UPTD Tahura, dan tak mengenal Balai Diklat
             LHK Samarinda sebagai pengelola KHDTK.

                Dengan demikian, menurut Ditjen KSDAE, yang berwenang melaku-
             kan kerjasama dengan masyarakat adalah UPTD Tahura, bukan Balai
             Diklat LHK Samarinda. Alasan kedua, kemitraan konservasi dilakukan
             pada zona tradisional, sementara KHDTK merupakan zona khusus
             pada penataan zonasi Tahura.

                Menghadapi kendala tersebut, pendampingan Balai Diklat LHK Sa-
             marinda kepada KTH tak mengikuti skema Perhutanan Sosial. Pember-
             dayaan masyarakat perlu dilanjutkan sebagai amanah dari PermenLHK
             No.7/2021 pasal 448 ayat (3) bahwa pengelolan KHDTK wajib melibat-
             kan masyarakat dalam rangka pemberdayaan masyarakat.

                Selain itu, kegiatan pemberdayaan masyarakat telah terbukti men-
             dekatkan Balai Diklat LHK Samarinda dengan publik, serta terdapat
             peningkatan persepsi dan rasa memiliki untuk menjaga hutan dari
             gangguan luar. Salah satu bukti perubahan pola pikir anggota KTH Olah
             Bebaya adalah keluarga Safrat yang semula berladang padi gunung, lalu
             mengubah usaha taninya dengan menanam kayu-kayuan dan  buah-


 42  MENGELOLA HUTAN DIKLAT  DUA DEKADE HUTAN DIKLAT LOA HAUR, KALIMANTAN TIMUR      43
   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58