Page 90 - Book_Genetika_Linda
P. 90
ikatan fosfodiester RNA (Gambar 2-15). Apabila suhu diturunkan
secara perlahan, untai-untai tunggal yang saling komplementer dapat
kembali menyatu dan membentuk pasangan basa, kembali
membentuk heliks ganda yang pada dasarnya identik dengan DNA
asal. Proses ini dikenal dengan renaturasi atau penyatuan kembali
(reannealing). Karena terdapat 3 ikatan hidrogen antara G dan C
tetapi hanya 2 ikatan hidrogen antara A dan T, DNA yang banyak
mengandung kadar A dan T yang tinggi terdenaturasi pada suhu yang
lebih rendah dibanding DNA yang kaya G dan C. Pemahaman tentang
denaturasi dan renaturasi tersebut merupakan dasar manipulasi DNA,
khusunya dalam teknologi Polimerase Chain Reaction (PCR) dan
teknik laboratorium lain. Teknik PCR banyak sekali digunakan dalam
bidang kedokteran untuk kepentingan diagnostik dan untuk
mempelajari kelainan-kelainan penyakit herediter dan penyakit lain.
C. Struktrur RNA
Struktur primer dari RNA secara umum mirip dengan DNA,
kecuali komponen karbohidrat ribosa punya grup hidroksil pada posisi
2’ dan basa timin diganti dengan urasil pada RNA. Grup hidroksil C2
pada ribosa membuat RNA secara kimiawi lebih labil daripada DNA
sehingga dapat dipisah menjadi mononukleotida oleh larutan alkali,
sedangkan DNA tidak bisa. Tidak seperti DNA yang berupa double
helix yang sangat panjang, RNA seluler merupakan single-stranded
dan mempunyai sejumlah variasi konformasi.
Perbedaan dalam ukuran dan konformasi dari berbagai tipe RNA
membuatnya mampu melakukan fungsi spesifik dalam sebuah sel.
Struktur sekunder sederhana dari RNA dibentuk oleh pasangan basa
komplementer. Bentuk hairpin disusun oleh pasangan basa ≈5-10
nukleotida masing-masing dan bentuk stem-loops dibentuk oleh
pasangan basa yang dipisah oleh > 10 (sampai ratusan) nukleotida.
Bentuk tertier lainnya adalah pseudoknot. Seperti pada DNA,
pembentukan pasangan basa adalah komplementer dan antiparalel.