Page 206 - Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi_Dr. Aninditya Sri Nugraheni, M.Pd
P. 206
menjadi bodoh pada dasarnya semua siswa adalah cerdas hanya saja mereka belum mengetahui
cara belajar yang tepat untuk mereka (teori Barbara Prashnig, “The Power of Learning Styles”).
Disinilah peran guru sangat berharga yaitu dengan memberikan kepercayaan kepada siswanya
bahwa dia juga bisa, dia juga pandai, dan dia juga berhasil. Semua siswa adalah juara, semua
22
siswa adalah rangking 1, semua siswa adalah cerdas.
Guru yang mampu menghipnotis siswanya adalah guru yang selalu berusaha untuk
bersemangat, tersenyum, ceria, berpenampilan baik, dan rapi di muka kelas. Dapat membedakan
dan memilah antara permasalahan pribadi dengan profesionalisme sebagai guru. Berusaha
mengendalikan emosi, tidak mudah marah di kelas dan tidak mudah tersinggung dengan perilaku
siswa, yang terkadang tidak sesuai dengan keinginan. Setiap siswa berasal dari daerah, keluarga,
dan budaya yang berbeda satu dengan yang lain, apalagi mungkin pendidikan di rumah yang
terkadang kurang sesuai dengan tata cara dan kebiasaan diri pendidik. Marah di kelas akan
membuat suasana menjadi tidak enak, siswa menjadi tegang. Hal ini akan berpengaruh pada daya
nalar siswa untuk menerima materi pelajaran yang guru berikan, karena siswa merasa sangat takut,
maka seluruh simpul-simpul di otaknya menjadi tertutup sangat kuat sehingga sulit untuk dapat
menerima informasi yang masuk ke dalam otaknya.
Mengajar begitu banyak siswa dengan lingkungan yang berbeda, dengan orangtua yang
berbeda dengan keluarga yang berbeda dengan budaya yang berbeda pula tentu saja dalam hal ini
siswa tidak dapat disamakan dengan cara belajar dulu. Mengingat gaya belajar sendiri ada 3 yaitu
kinestetik, audio dan visual. Dari keberbedaaan itu guru harus pandai untuk menyatukan dengan
suatu pembelajaran yang menyenangkan. Selanjutnya, jangan memarahi siswa yang yang terlalu
sering bertanya. Berusaha menjawab setiap pertanyaan yang diajukan siswa dengan baik, sebagai
bentuk keterbukaan dan kejujuran guru.
Memotivasi siswa dengan cara bercerita, tetapi selama segala sesuatunya masih dalam koridor
wajar atau normal tentu saja tidak akan menimbulkan dampak yang kurang menyenangkan dari
dalam diri siswa. Selanjutnya adalah berusaha berlaku adil dalam memberi penilaian kepada siswa.
Cintailah siswa, cinta yang tulus kepada siswa adalah modal awal mendidik siswa. Guru menerima
anak didiknya apa adanya, mencintainya tanpa syarat dan mendorong siswa untuk melakukan yang
terbaik pada dirinya. Penampilan yang penuh cinta adalah dengan senyum, sering tanpak bahagia
dan menyenangkan dan pandangan hidupnya positif. Bersahabat dengan siswa dan menjadi
teladan, guru (digugu dan ditiru). Rasulullah Saw. bersahabat dengan anak-anak tanpa ada rasa
kikuk lebih-lebih angkuh. Siswa senantiasa mengamati perilaku gurunya dalam setiap kesempatan.
Guru yang mencintai pekerjaannya akan senantiasa bersemangat. Setiap tahun ajaran baru adalah
dimulainya satu kebahagiaan dan satu tantangan baru. Guru yang hebat tidak akan merasa bosan
dan terbebani. Guru yang hebat akan mencintai anak didiknya satu persatu, memahami
kemampuan akademisnya, kepribadiannya, kebiasannya dan kebiasaan belajarnya. Masuk ke kelas
dengan pikiran terbuka dan tidak ragu mengevaluasi gaya mengajarnya sendiri, serta siap berubah
jika diperlukan. Tidak pernah berhenti belajar. Di mana pun dan kapan pun kesempatan belajar
selalu ada. Sebagai seorang pendidik harus terus memperbarui ilmu dan mengetahui hal-hal yang
baru. Sebab dewasa ini siswa-siswa jauh lebih kritis dan mengikuti perkembangan zaman. Jangan
sampai menjadi guru yang tertinggal dengan pola yang monoton bahkan hafalan .
5. IMPLEMENTASI HYPNOTEACHING DALAM PEMBELAJARAN
Proses pembelajaran dengan menggunakan hypnotis tentunya berbeda dengan proses
pembelajaran pada umumnya, sehingga terdapat beberapa hal yang harus dibedakan dalam
pelaksanaannya. Hal ini dilakukan supaya pelaksanaan pembelajaran dengan hypnoteaching bisa
berjalan dengan efektif, efisien, dan mendapatkan hasil pembelajaran yang optimal. Ibnu Hajar
(2011: 16) menyebutkan tujuh langkah yang perlu dilakukan oleh guru supaya tujuan pembelajaran
dapat tercapai dengan baik, ketujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut: (1) Mengidentifikasi
kebutuhan siswa, mengidentifikasi kebutuhan siswa yaitu menentukan bentuk pembelajaran apa
yang menarik untuk siswa, sehingga siswa termotivasi untuk belajar; (2) Merencanakan
,
pembelajaran dengan mengaitkan media hypnotis seperti suara, gambar, tulisan, gerak, dan
simbol-simbol (misalnya dengan cara memutarkan video, menceritakan pengalaman guru, meminta
siswa mengamati penghapus, dan sebagainya); (3) Memulai mengajar sesuai dengan rencana
22 Ibnu Hajar, Hypnoteaching: Memaksimalkan Proses Belajar Mengajar melalui
Hypnoteaching, (Yogyakarta: Diva Press, 2011), hlm. 16.
Bahasa Indonesia Berbasis Pembelajaran Aktif 205