Page 205 - Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi_Dr. Aninditya Sri Nugraheni, M.Pd
P. 205
yang meliputi kecerdasan Intelegensi, Emosi, dan Spiritual; (4) Keseimbangan yang di dalamnya
terdapat fleksibel dan toleransi kepada ketidak sempurnaan; (5) Rasa tanggung jawab yang dapat
berupa komitmen terhadap tugas; (6) Keberanian; (7) Keadilan; dan (8) Keteguhan keyakinan.
Sedangkan untuk siswa, ada 10 keterampilannya yang perlu dikembangkan antara lain: (1)
Kreativitas (creative) yang memiliki ciri-ciri: rasa ingin tahu besar, sering mengajukan pertanyaan
yang berbobot, menonjol dalam suatu bidang studi, dan daya imajinasi yang tinggi; (2)
Pembaharuan (inovative) dengan ciri berupa banyak memberikan gagasan yang baru; (3) Kritis; (4)
Rasa ingin tahu; (5) Daya paham; (6) Analisis; (7) Penyatuan; (8) Prediksi; (9) Jawaban sementara;
dan (10)Daya ingat. Sementara Conny mengatakan bahwa kita perlu “Mensitesakan Otak” yaitu
dengan cara mengubah paradigma atau mindset sehingga akan mengubah struktur otak kita.
Perubahan struktur otak akibat dari terhubungkan neuron-neuron yang jumlahnya milyaran.
Sementara pembentukan karakter harus dilihat dari 3 V yaitu: (1) View yang dapat berupa opini,
cara pandang, atau pola pikir; (2) Value yaitu nilai-nilai luhur yang perlu dikembangkan; dan (3)
Virtue yang dapat berupa kebajikan.
21
Untuk menjadi guru yang berkarakter, guru harus mempunyai prinsip antara lain: (1) Be
Responsible , artinya guru yang berkarakter harus bertanggung jawab 100% terhadap apapun yang
terjadi dalam hidup dan pekerjaannya. Telunjuknya selalu mengarah ke dalam qolbunya dan tidak
keluar (orang lain) yang salah; (2) Orientasi pada Action dengan dilandasi pada pertanyaan what
(apa) dan how (bagaimana) seperti what can i do (apa yang dapat aku lakukan)? dan how can i do
it (bagaimana aku melakukan itu)? bukan why? when? atau who? yang terkesan alasan dan
menyalahkan orang lain; (3) Memperpendek waktu apa yang kita tahu dengan apa yang kita
kerjakan. Terkadang banyak pengetahuan telah kita dapatkan namun jarang kita terapkan atau
baru kita terapkan kalau kita telah tersadar seperti, kita tahu bahwa berolah raga sangat penting
bagi tubuh untuk sehat tapi pengetahuan itu kita tidak lakukan mungkin karena kesibukan rutinitas
kita dan kita menyadari itu kalau kita sakit atau baru sadar pentingnya kesehatan dan berolahraga;
(4) Lakukan hal-hal yang penting dan hindari hal-hal yang tidak penting. Terkadang agak sulit
membedakan apakah suatu hal itu penting atau tidak penting, untuk itu harus mengacu pada
program gagasan yang akan laksanakan; (5) Perbanyak menggunakan pengaruh (influence)
dibandingkan menggunakan kekuatan (power). Pengaruh umumnya menggunakan alasan rasional
dan pendekatan qolbu sedangkan kekuatan menggunakan ancaman, pemaksaan dan sogokan; (6)
Ubahlah paradigma. Kekuatan dari paradigma mengacu pada See = Do = Get; (7) Becoming Role
Model (menjadi suri teladan). Umumnya orang melihat bukan apa yang dikatakan tetapi apa yang
dikerjakan atau kesesuaian antara perkataan dan perbuatan.
Guru yang baik pada dasarnya adalah manusia yang baik. Mereka memiliki kepribadian
penyayang, baik, hangat, sabar, tegas, luwes dalam perilaku, bekerja keras, serta berkomitmen
pada pekerjaan mereka. Pusat perhatian mereka bukanlah pada buku teks atau kurikulum, tetapi
pada anak! Mereka sangat menyadari beragamnya cara anak-anak belajar, perbedaan antar anak-
anak dan pentingnya metode beragam untuk mendorong siswa mampu belajar. Anak-anak yang
belajar dengan guru semacam itu tidak perlu lagi mengeluarkan uang tambahan untuk mengikuti
les sepulang sekolah.
4. Keberhasilan Guru dalam Menanamkan Karakter
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh seorang guru untuk mendapat pengakuan sebagai
guru yang baik dan berhasil memberikan contoh, sebab cara terbaik dalam menanamkan karakter
pada peserta didik adalah dengan memberikan contoh (suri teladan). Pada prinsipnya hampir
semua orang yang berhasil selalu lekat dengan budaya disiplin, bahkan di negara-negara maju
pada umumnya sangat menghargai dan menjunjung tinggi budaya kedisiplinan. Disiplin dapat
diartikan sebagai suatu kepatuhan dan ketaatan yang muncul karena adanya kesadaran dan
dorongan yang terjadi dalam diri orang itu. Jadi, disiplin merupakan sutau proses latihan dan
belajar untuk meningkatkan kemampuan dalam bertindak, berfikir dan bekerja yang aktif dan
kreatif. Disiplin juga merupakan suatu kepatuhan dari orang-orang dalam suatu organisasi terhadap
peraturan-peraturan yang telah ditetapkan sehingga menimbulkan keadaan tertib.
Berikutnya adalah tidak memberikan deskriminasi, antara siswa yang bodoh dan siswa yang
pintar. Sudah menjadi suatu kewajiban bagi seorang guru untuk mendidik bukan membuat jarak
antara siswa yang pandai dan siswa yang bodoh. Sebenarnya tidak ada satupun siswa yang ingin
21 Barbara Prashnig, The Power Of Learning Styles , (Bandung : Kaifa, 1998), hlm 48.
Bahasa Indonesia Berbasis Pembelajaran Aktif 204