Page 7 - Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi_Dr. Aninditya Sri Nugraheni, M.Pd
P. 7
Dalam berbahasa lisan, kesulitan dapat muncul apabila orang tersebut
tidak terbiasa berbicara di depan umum. Sebagai kemampuan produktif
bahasa lisan tidak hanya cukup dengan pemahaman secara teoretis,
melainkan juga harus dilengkapi dengan praktik berbicara. Seperti halnya
pada kemampuan berbahasa lisan, kemampuan berbahasa tulis pun
memerlukan praktik. Menurut Sutanto Leo (2010: 6) kemampuan
menulis bukanlah bakat, melainkan keterampilan yang bisa dimiliki
melalui latihan sebab seberapapun besarnya bakat seseorang untuk
menulis, bila bakat tersebut tidak pernah dilatih, maka tidak akan
berkembang. Nadia (2004: 20) menyatakan bahwa bakat menulis
memberikan kontribusi sekitar 5%; usaha, latihan, dan kerja keras
sebanyak 90%, sedangkan faktor keberuntungan 5%. Untuk itu, dapat
disimpulkan bahwa menulis itu 100% merupakan berkah yang diperoleh
melalui kemauan yang dengan sungguh-sungguh diikuti dan dengan
usaha menulis yang terus-menerus sampai dirasakan hasilnya.
2. Pentingnya Ragam Bahasa
Bahasa merupakan alat bantu untuk mengkomunikasikan berbagai hal.
Sebagai contoh, seorang penulis mempelajari bahasa dalam Kamus
Tesaurus untuk mendapatkan gaya bahasa yang unik dan khas, sehingga
pembaca terkesan dengan tulisannya yang hidup dan menarik.
Selanjutnya seorang politisi mempelajari bahasa untuk menemukan ciri
kata/kalimat yang khas serta gaya bahasa yang dapat menyentuh hati
orang-orang di sekitarnya, sehingga dapat mempengaruhi mereka. Para
ahli ilmu jiwa (psikologi dan psikiater) mempelajari bahasa agar dapat
menemukan kata-kata/kalimat positif yang dapat membantu
penyembuhan pasiennya.
Menurut Dendy Sugono (1999: 9), sehubungan dengan pemakaian
bahasa Indonesia, terdapat dua kategori yang mendominasi, yaitu
penggunaan bahasa baku dan tidak baku. Dalam situasi remi, seperti di
sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa
baku. Sebaliknya dalam situasi tidak resmi, seperti di rumah, di taman, di
pasar, dapat menggunakan ragam bahasa tidak baku. Ragam bahasa
yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai
prestise tinggi), yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam
karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana
resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut
ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.
3. Fungsi Ragam Bahasa
Dalam literatur bahasa, para ahli umumnya merumuskan fungsi
bahasa bagi setiap orang ada empat yaitu sebagai alat untuk: (a)
berkomunikasi; (b) mengekspresikan diri; (c) berintegrasi dan
beradaptasi sosial; (d) kontrol sosial (Keraf, 2009: 3).
Tanpa adanya bahasa ipteks tidak dapat tumbuh dan berkembang.
Selain itu, bahasa Indonesia dalam struktur budaya, ternyata memiliki
Bahasa Indonesia Berbasis Pembelajaran Aktif 6