Page 47 - Pengawasan-Mutu-Pangan_SC
P. 47

  Pengawasan Mutu Pangan  




               2.    Sifat Kimiawi
                     Sifat kimiawi dari bahan pangan ditentukan oleh senyawa kimia yang terkandung sejak
               mulai dari bahan pangan dipanen/ditangkap hingga diolah.  Perubahan kandungan senyawa
               kimia  pada  bahan  pangan  tergantung  dari  tingkat  kematangan  biologis,  jenis  kelamin,
               kematangan  seksual,  temperatur,  suplai  makanan  atau  pupuk,  stres,  atau  parameter
               lingkungan lainnya.
                     Sebagian besar bahan pangan memiliki kandungan air relatif tinggi. Dengan kandungan
               air demikian, bahan pangan tersebut merupakan media yang baik bagi mikroba pembusuk
               untuk tumbuh dan berkembang.  Upaya dilakukan untuk menurunkan kandungan air dalam
               bahan pangan sampai batas dimana mikroba tidak dapat tumbuh dan berkembang masih
               terus dikembangkan. Keberhasilan upaya ini akan dapat meningkatkan masa simpan bahan
               pangan.
                     Pada  komoditas  perikanan  dan  beberapa  bahan  pangan  nabati  lainnya  diketahui
               mengandung minyak yang dapat diekstrak.  Hati ikan hiu, kelapa, bunga matahari, dan jagung
               merupakan  sejumlah  bahan  pangan  yang  telah  diketahui  banyak  mengandung  minyak.
               Minyak memiliki beberapa sifat khas, yaitu temperatur beku dan leleh, jumlah ikatan rangkap
               yang menentukan tingkat kejenuhan.  Jumlah minyak yang dapat diekstrak tergantung dari
               jenis bahan pangan, musim, makanan yang dikonsumsi, siklus perkawinan, dan temperatur
               lingkungan.
                     Tingkat kemanisan yang dimiliki bahan pangan dipengaruhi oleh temperatur lingkungan.
               Jagung muda (baby corn) atau ubi jalar lebih terasa manis apabila sebelum dimasak disimpan
               terlebih  dahulu  pada  suhu  rendah.    Pada  suhu  rendah,  karbohidrat  yang  dikandung  oleh
               jagung muda atau ubi jalar berada dalam bentuk glukosa sehingga terasa manis.  Kandungan
               senyawa    kimia  juga  akan  berubah  apabila  bahan  pangan  mengalami  stres  menjelang
               kematiannya.  Ternak  dan  ikan  yang  mengalami  stres  berat  menjelang  kematiannya  akan
               memiliki masa simpan relatif lebih singkat dibandingkan dengan ternak dan ikan yang tidak
               stres.    Selama  stres,  ternak  dan  ikan  banyak  menggunakan  energinya  sehingga  cadangan
               energi yang dimilikinya menjadi berkurang.  Energi cadangan ini sangat diperlukan bagi ternak
               dan ikan untuk mempertahankan kesegaran daging setelah kematian (Gambar 2.5).
                     Derajat keasaman (pH) dapat menggambarkan jumlah ion H+ yang terkandung dalam
               bahan pangan. Nilai pH merupakan log dari ion H+ dan besarnya berkisar 1 – 14. Nilai 7 artinya
               pH  bahan  pangan  netral,  Nilai  <7  artinya  pH-nya  asam,  dan  >7  berarti  pH-nya  basa.
               Peningkatan kandungan ion H+ akan menurunkan pH sehingga tercipta lingkungan bersuasana
               asam.
                     Bahan  pangan  dengan  nilai  pH  rendah  cenderung  memiliki  masa  simpan  lebih  lama
               dibandingkan dengan bahan pangan yang memiliki nilai pH mendekati netral, karena sebagian
               besar mikroba pembusuk tidak tahan hidup pada lingkungan dengan pH rendah (Gambar 2.6.).
               Nilai pH daging ikan lebih tinggi dibandingkan daging ternak. Ikan mati memiliki pH mendekati
               netral (± 6.4 - 6.8) sedangkan daging ternak memiliki pH lebih rendah (± 5.3 - 6.0).  Oleh karena
               itu, ikan memiliki masa simpan relatif singkat dibandingkan masa  simpan dari daging ternak.






                                                           40
   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52