Page 13 - MATERI WEDA
P. 13

13. Steya adalah hukum mengenai pencurian.
               14. Sahasa artinya mengenai kekerasan.

               15. Stripundharma adalah hukum mengenai kewajiban suami-istri.
               16. Stridharma artinya hukum mengenai kewajiban seorang istri.

               17. Wibhaga adalah hukum pembagian waris.
               18. Dyutasamahwya adalah hukum perjudian dan pertaruhan (Lestawi, I
                   Nengah dan Kusuma, I Made Wirahadi. 2014 : 55-56).

               Dalam pembelajaran hukum Hindu yang bersumber pada kitab-kitab tersebut
               di atas, maka banyak kita menemukan pokok-pokok pikiran yang berkaitan
               dengan titel hukum. Hal ini menunjukkan bahwa hukum Hindu mengalami
               proses perkembangan. Perkembangan yang dimaksud antara lain:

               1.  Hutang  piutang  (Rinadana).  Dalam  kitab  Dharmasastra,  VIII.49.  Manu
                  menyatakan  bahwa  seorang  kreditur  dapat  menuntut  atau  memperoleh
                  piutangnya  dari  debitur  melalui  persuasif  moril,  keputusan  pengadilan,
                  melalui  upaya  akal,  melalui  cara  puasa  di  pintu  masuk  rumah  debitur,
                  dan yang akhirnya dengan cara kekerasan. Yang terpenting dari hukum
                  utang piutang itu adalah ketentuan mengenai kebolehan menaikkan bunga
                  sebagai hak yang dapat dituntut oleh kriditur atas piutang yang diberikan
                  kepada  debitur.  Selanjutnya  disebutkan  bahwa  hutang  seorang  debitur
                  jatuh  kepada  ahli  warisnya.  Apabila  debitur  meninggal  dunia  sebelum
                  sempat melunasi hutangnya, maka ahli waris bersangkutan berkewajiban
                  melunasinya (Dharmasastra, XII.40).

               2.  Deposito (Niksepa). Rsi Gautama mulai mengajarkan tentang  hukum yang
                  berkaitan dengan masalah hukum  Niksepa (deposito). Ajarannya  diikuti
                  oleh.  Rsi  Narada  dan  Rsi  Yajnawalkya,  dengan  pembahasan  yang lebih
                  mendalam  dan  meluas.  Baik  Rsi  Narada  maupun  Rsi  Yajnawalkya
                  membedakan  ajaran  hukum  Niksepa  menjadi  beberapa  jenis  bentuk
                  deposito, diantaranya adalah; Yachita, Ayachita,  Anwahita, dan Nyasa.
               3.  Penjualan  barang  tidak  bertuan  (Aswamiwikraya).  Penjelasan  tentang
                  permasalahan  hukum  penjualan  barang  tidak  bertuan  tidak  dijumpai  di
                  dalam kitab hukum karya Rsi Gautama. Didalam kitab beliau hanya terdapat
                  adanya klausal yang mengemukakan dan menegaskan bahwa penadah atau
                  penerima  barang  curian  dapat  dihukum  (Dharmasutra,  XII.50).  Dengan
                  demikian, orang yang membeli barang curian dapat dihukum. Pernyataan
                  ini dipertegas dan diperluas kembali oleh Rsi Yajnawalkya, yang dalam
                  bukunya  menyebutkan  bahwa;  baik  pembeli  maupun  penjualnya  dapat
                  dituntut  melalui  hukum.  Oleh  karena  itu,  ia  harus  dapat  membuktikan



                                 Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti              13
   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18