Page 16 - MATERI WEDA
P. 16

Kitab Manawa Dharmasastra II sloka 12 ini lebih menyederhanakan sloka 6,
            dengan meniadakan Sila, karena sila dan sadacara dipandang memiliki arti yang
            sama dengan kebiasaan. Sila artinya kebiasaan sedangkan sadacara artinya
            tradisi. Tradisi dan kebiasaan adalah kebiasaan pula. Kitab Sarasamuscaya
            hanya  memberi  penjelasan  singkat  mengenai  status  Weda,  di  mana  dalam
            sloka 37 dan 39 kita jumpai keterangan berikut.
             ”Çrutivedah samàkhyàto dharmaûàstram tu vai småti, te sarvathesvamimàmsye
            tàbhyàm dharmo winirbhåtah.
            Nyang ujareka sakareng, ûruti ngaranya sang hyang caturveda, sang hyang
            dharmaçastra; småti ngaranira, sang hyang ûruti, lawan sang hyang småti,
            sira  juga  pramànàkèna,  tùtakena  warawarah  nira,  ring  asing  prayojana,
            yàwat mangkana paripùrna alèp sang hyang dharmaprawåtti.
            Terjemahan:

            Yang  perlu  dibicarakan  sekarang  Çruti  yaitu  catur  Weda  dan  Smrti  yaitu
            Dharmasastra; Çruti dan Smrti kedua-duanya harus diyakini, dituruti ajaran-
            ajarannya pada setiap usaha; jika telah demikian, maka sempurnalah tindakan
            kebaikan anda dalam bidang dharma (Sarasamuscaya, 37).


            Penjelasan dan terjemahan dalam kitab  Sarasamuscaya  yang  diterbitkan oleh
            Dapartemen  Agama  hanya  berdasarkan  terjemahan  bahasa  Jawa  kuno.
            Menurut terjemahan bahasa Jawa kuno itu, pemahaman tentang Weda sebagai
            sumber hukum telah diperluas, seperti; istilah Weda diterjemahkan dengan
            Catur  Weda.  Walaupun  demikian  pengertian  semula  tidaklah  berubah
            maknanya. Yang menarik perhatian dan perlu dicamkan ialah bahwa kitab
            Manawa  Dharmasastra  maupun  kitab  Sarasamuscaya  menganggap  bahwa
            Sruti dan Smrti itu adalah dua sumber pokok dari pada Dharma. Berikut ini
            adalah petikan sloka yang dimaksud.
            ”Itihàsapurànàbhyàm vedam samupavrmhayet,

            bibhetyalpaûrutàdwedo màmayam pracarisyati.
            Ndan  Sang  Hyang  Weda,  paripùrnakena  sira,  makasàdhana  sang  hyang
            itihàsa, sang hyang pùrana, apan atakut, sang hyang Weda ring akèdik ajinya,
            ling nira, kamung hyang, haywa tiki umarà ri kami, ling nira mangkana rakwa
            atakut.











                                 Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti              16
   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21