Page 17 - MATERI WEDA
P. 17

Terjemahan:
               Weda itu hendaklah dipelajari dengan sempurna dengan jalan mempelajari
               Itihasa dan Purana, sebab Weda itu merasa takut akan orang-orang yang sedikit
               pengetahuannya,  sabdanya  ”wahai  tuan-tuan,  janganlah  tuan-tuan  datang
               kepadaku” demikian konon sabdanya, karena takut (Sarasamuscaya, 39).



               Dalam sloka ini dan sloka sebelumnya telah pula diperluas artinya dengan
               demikian menjadi sangat jelas artinya. Yang terpenting dapat kita pelajari dari
               ketentuan  ini  adalah  penambahan  ketentuan  ilmu  pengetahuan  yang  dapat
               dipelajari  dari  kitab  Itihasa  dan  Purana.  Kitab-kitab  Itihasa  adalah  seperti;
               kitab  Mahabharata  dan  Ramayana,  sedangkan  Purana  adalah  merupakan
               kitab-kitab yang termasuk kuno, misalnya babad-babad, yang memuat sejarah
               keturunan, dinasti raja-raja Hindu. Jadi secara ilmu hukum modern kedua jenis
               buku ini merupakan buku tambahan yang memuat ajaran-ajaran hukum yang
               bersifat doktrinisasi, memuat sumber keterangan mengenai Jurisprudensi dalam
               bidang hukum Hindu.
               Pemahaman  umum  tentang  hukum  yang  bersifat  mengatur  dan  mengikat,
               terkait dengan ajaran agama Hindu yang bersumber pada kitab suci Weda.
               Salah satu dari unsur kepercayaan umat Hindu dalam Panca Sradha, setelah
               percaya adanya Tuhan Yang Maha Esa ”Brahman” adalah percaya akan adanya
               Hukum yang ditentukan oleh Tuhan. Hukum itu adalah semacam sifat dari
               kekuasaan Tuhan, yang diperlihatkan dengan bentuk yang dapat dilihat dan
               dialami oleh manusia. Bentuk hukum Tuhan yang murni disebut dengan istilah
               ”Rta”. Rta adalah hukum murni yang bersifat absolut transcendental. Bentuk
               hukum  alam  yang  dijabarkan  ke  dalam  amalan  manusia  disebut  Dharma.
               Dharma  bersifat  mengatur  tingkah  laku  manusia  guna  dapat  mewujudkan
               kedamaian, kesejahtraan dan kebahagiaan di dalam hidup.

               Kata Rta sering diartikan hukum, tetapi dalam arti yang kekal. Kitab suci Weda
               menjelaskan bahwa mula-mula setelah Tuhan menciptakan alam semesta ini,
               kemudian  beliau  menciptakan  hukumnya  yang  mengatur  hubungan  antara
               unsur-unsur yang diciptakan-Nya itu. Sekali beliau menentukan hukumnya
               itu,  untuk  selanjutnya  demikianlah  jalannya  hukum  itu  selama-lamanya.
               Tuhan sebagai  pencipta  dan pengendali atas  hukumnya itu disebut  dengan
               Rtavan. Dalam perkembangan sastra sanskerta, istilah Rta kemudian diartikan
               sama dengan Widhi yang artinya sama dengan aturan yang ditetapkan oleh
               Tuhan. Dari kata itulah kemudian lahirlah istilah Sang Hyang Widhi, yang
               artinya  sama  dengan  penguasa  atas  hukumnya.  Dalam  ilmu  sosial  konsep
               istilah  hukum  itu  kemudian  berkembang  dalam  bentuk  dua  istilah,  yaitu




                                 Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti              17
   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22