Page 41 - Tenggelamnya Kapal
P. 41
8. BERANGKAT
SEMALAM-MALAMAN hari, setelah mendengarkan perkataan Mande Jamilah, dan setelah
mengingat perkataan-perkataan yang pedih-pedih, sindiran yang menyayat jantung dari Dt ......
mata Zainuddin tidak hendak tertidur. Pincangnya masyarakat Minangkabau, buruk nian
nasibnya. Tak ubahnya kedatangannya ke Minangkabau, bagai musafir yang mengharapkan
minuman dan melihat air di pertengahan padang pasir, demi setelah didatanginya ke sana,
sebuah pun tak ada yang nampak.
Kadang-kadang disesalinya perkawinan ayahnya dengan ibunya. Kadang-kadangpuladia
menyadar untung malangnya, mengapa dia tak dilahirkan dalam kalangan orang Minangkabau!
Tapi bukan itu agaknya yang menutup pintu baginya untuk bertemu dengan Hayati, agaknya
lantaran dia tak berwang. Orang tak melihat, bahwa sekedar belanja menunggu dapat
penghidupan tetap, dia masih menyimpan. Tetapi bukan itu yang jadi sebabnya, walau pun
wang berbilang, emas bertahil, namun pemisahan adat masih tebal di negeri itu.
Ia diusir, meskipun dengan cara halus. Perbuatannya dicela, namanya dibusukkan. Seakan-akan
tersuci benar negeri Minangkabau ini dari dosa.
Seorang anak muda, yang berkenalan dengan seorang anak perempuan, dengan maksud baik,
maksud hendak kawin, dibusukkan, dipandang hina. Tetapi seorang yang dengan gelar
bangsawan nya, dengan titel datuk dan penghulunya mengawini anak gadis orang berapa dia
suka, kawin di sana, cerai di sini, tinggalkan anak di kampung anu dan cicirkan di kampung ini,
tidak tercela, tidak dihinakan. [63]
Seorang anak muda yang datang ke kampung, yang lahir dari pada perkawinan sah, dan ibunya
bukan pula keturunan sembarang orang, malah Melayu pilihan dari Bugis, dipandang orang lain.
Tetapi harta seorang ayah, yang sedianya akan turun kepada anaknya, dirampas, dibagi dengan
nama "adat" kepada kemenakannya. Kadang-kadang pula pemberian ayah kepada anaknya
semasa dia hidup, diperkarakan, dan didakwa ke muka hakim oleh pihak kemenakan, tidak
tercela, bahkan terpandang baik.
"Ke dalam masyarakat apakah saya telah terdorong dan kaki saya telah terjerumus," kata
Zainuddin dalam hatinya. Timbul kebencian yang sangat di dalam hatinya, tetapi kebencian itu
pun sirnalah sebentar itu juga, bila diingatnya bahwa ayahnya asal dari sana, dan dia pun asal
dari sana, meskipun orang lain tak mengakui. Lebih lagi, bukankah Hayati dilahirkan dalam
kalangan itu?
Boleh dikatakan tiada terpicing matanya semalam itu. Setelah ayam berkokok tanda siang, dia
telah turun membasuh mukanya ke halaman dan mengambil udhuk, terus sembahyang subuh.
Tidak berapa saat kemudian, fajar pun terbitlah dari jihat Timur, kicau murai di pohon kayu, dan
kokok ayam di kandang, laksana serunai nafiri mengelu-elukan kedatangan maharaja siang
yang menang dalam peijuangan. Awan di Timur dan di Barat, berbagai-bagai rona nampaknya,
laksana menunjukkan perayaan alam yang terjadi tiap-tiap pagi dan tiap-tiap sore. Tidak lama
kemudian, sebelum tanah dan jalan raya yang meliku melekok melalui negeri-negeri kecil dari
Padang Panjang ke Sumpur, ditimpa cahaya matahari, maka puncak gunung Merapi dan
Singgalang telah kena cahaya lebih dahulu, amat indahnya laksana disepuh dengan emas
juwita. Di waku demikian, kelihatanlah orang-orang dusun keluar dari rumahnya, berselimut