Page 118 - 16Feb18-BG Kristen kelas IX.indd
P. 118
Di sini guru perlu mengetahui bahwa Matius, sebagai seorang penulis Yahudi yang
sangat kuat memegang tradisi Yahudi, berusaha mengganti istilah ”Kerajaan Allah”
menjadi ”Kerajaan Sorga” karena nama Allah tidak boleh diucapkan sembarangan.
Kita tentu ingat bahwa di dalam Perjanjian Lama, nama pribadi Allah, yaitu YHWH,
tidak pernah diucapkan, dan sebagai gantinya, orang-orang Israel kuno dan orang
Yahudi menggantinya dengan kata ”Adonai” yang berarti ”TUHAN”.
Selanjutnya guru menjelaskan bagaimana Kerajaan Allah itu dipahami. Apakah
Kerajaan Allah atau Kerajaan Sorga itu suatu tempat di sorga kelak yang disediakan
untuk para pengikut Yesus? Apakah ini sama dengan suatu pemerintahan tertentu
di dunia? Atau dengan gereja tertentu? Sudah tentu tidak! Tidak ada satupun
pemerintahan di bumi yang dapat mengklaim dirinya sebagai Kerajaan Allah. Di
Eropa pernah memerintah apa yang dinamakan ”Kekaisaran Romawi Suci”, yaitu
sebuah pemerintahan yang menguasai hampir seluruh Eropa. Ini adalah sebuah
entitas politik di Eropa Tengah yang berdiri dari tahun 962 hingga 1806. Wilayahnya
mencakup Kerajaan Franka Timur, pecahan Kerajaan Franka setelah pembagian
menurut Perjanjian Verdun (843), dan Kerajaan Lombardia di Italia sekarang.
Namun demikian, meskipun imperium ini menyebut dirinya suci, pada
kenyataannya ia tidak suci. Voltaire, seorang sejarawan, filsuf, dan penulis Prancis,
mengatakan bahwa nama negara ini keliru, sebab ia bukanlah kekaisaran, bukan
Romawi, dan tidak suci. Beberapa kaisar Romawi Suci berulang kali terlibat
dalam pertikaian dengan Paus Henry IV, misalnya, terlibat dalam ”kontroversi
penobatan”. Dalam konflik ini, terjadi perebutan kekuasaan antara paus dan kaisar
tentang siapakah yang berhak menahbiskan para pejabat gereja, seperti uskup dan
biarawan.
Pada masa itu ada kebiasaan bagi kaisar untuk mengangkat para uskup dan pejabat
gereja lainnya. Praktik ini mencapai puncaknya ketika Henry IV yang baru berusia 6
tahun dinobatkan pada tahun 1056 menjadi kaisar menggantikan ayahnya, Henry III.
Para pembaharu Gregorian pengikut-pengikut Paus Gregorius sebuah kelompok yang
ingin menghapuskan praktik jual-beli penah dapat yang terjadi selama ini dengan
segera merebut kekuasaan Kaisar untuk menahbiskan, sementara ia masih terlalu
muda untuk mengerti apa yang sedang terjadi. Pada tahun 1059, sebuah persidangan
gereja di Roma mengumumkan bahwa para pemimpin bangsawan tidak mempunyai
hak dalam memilih paus dan menciptakan Lembaga Kardinal sebagai badan yang
berhak memilih paus yang terdiri sepenuhnya dari para pejabat gerejawi. Begitu
Roma mengambil alih kekuasan kepausan, gereja pun siap menyerang praktik-praktik
penobatan dan penjualan jabatan oleh kaisar dan bangsawan yang terjadi selama ini.
Dari sini kita melihat baik negara maupun gereja tidak dapat dianggap sebagai
Kerajaan Allah, karena semuanya tetap merupakan lembaga manusia. Gereja yang
dibentuk oleh Tuhan Yesus pun pada dasarnya penuh dengan orang berdosa sehingga
selalu dapat jatuh ke dalam dosa (bdk. Mat. 13: 24–30).
Kelas IX SMP
110