Page 148 - kebudayaan
P. 148
BAB VIII
“Kepada Saudaraku M. Natsir”
Puisi Hamka dalam Perspektif
Kebangsaan dan Islami
Suryami
A. Puisi dan Krisis Sosial 1950-an
Setelah proklamasi, semangat kemerdekaan tecermin dalam slogan
revolusioner “Merdeka atau mati?” Slogan yang dibuat Hamka ini se-
benarnya berdasarkan Islam. Pada masa revolusi, hampir setiap orang,
termasuk mereka yang bersikap netral terhadap agama, menyertai
semangat tersebut dengan seruan Allahu Akbar. Hamka memandang
rakyat Indonesia terdiri atas unsur yang berbeda-beda, baik secara
keagamaan maupun etnis. Dalam kerangka seperti ini, ia amat setuju
dengan Bhinneka Tunggal Ika, yang artinya berbeda-beda tetapi tetap
satu (Noer, 1983: 51).
Berpijak dari keterangan tersebut, setelah proklamasi ke-
merdekaan 17 Agustus 1945, banyak hal yang perlu dipersiapkan Buku ini tidak diperjualbelikan.
oleh pemerintah dan rakyat Indonesia. Tak kalah pentingnya, rakyat
hendaknya memahami dan mengisi kemerdekaan tersebut. Namun,
apa daya, baru beberapa tahun mengecap kemerdekaan, meletus
peristiwa-peristiwa revolusi di Indonesia, di antaranya penyalahgu-
135