Page 153 - kebudayaan
P. 153
terpenting adalah untuk menyirami relung-relung rohani masyarakat
atau pembaca.
Tulisan ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik
analisis isi untuk mendeskripsikan puisi “Kepada Saudaraku M.
Natsir.” Sejalan dengan prinsip-prinsip kualitatif dalam penelitian
teks dan berdasarkan pada kerangka teori yang sudah dipaparkan,
konteks kebangsaan yang terungkap dalam puisi Hamka ini akan
dideskripsikan, dianalisis, diinterpretasi, dan kemudian disimpulkan.
Berdasarkan pada batasan-batasan tersebut, terutama pernyataan
bahwa puisi merupakan pengucapan gagasan yang bersifat emosi atau
pernyataan bahwa puisi adalah peluapan yang spontan dari perasaan
yang penuh daya, semoga terlihat pulalah dengan jelas bagaimana puisi
yang ditulis Hamka untuk M. Natsir sesungguhnya. Puisi yang menjadi
objek penelitian ini ditulis Hamka setelah ia mendengar pidato M.
Natsir. Konon, Hamka menulis puisi ini saat masih berada di Ruang Si-
dang Konstituante, tepatnya setelah ia mendengar M. Natsir berpidato
di Majlis Konstituante pada 13 November 1957. Puisi yang berjudul
“Kepada Saudaraku M. Natsir” berisi ide-ide Hamka yang diramu
dengan konteks kebangsaan yang bernuansa islami. Berekuivalen
dengan ini, perumusan masalah dalam tulisan ini diformulasikan pada
bagaimana bentuk konteks kebangsaan dan sejauh mana unsur islami
hadir dalam puisi “Kepada Saudaraku M. Natsir.” Bab ini menelusuri
dan mengungkap bentuk perspektif kebangsaan dan islami dalam puisi
Hamka ini.
B. Selayang Pandang tentang Haji Abdul Malik Karim Buku ini tidak diperjualbelikan.
Amrullah (Hamka)
Hamka adalah seorang putra Minang yang lahir di Sungai Batang,
Tanjung Raya, Agam, Sumatra Barat pada 17 Februari 1908. Ayahnya
bernama Abdul Karim bin Amrullah dan ibunya bernama Sitti Raham.
Kedua orangtuanya berasal dari Agam, Sumatra Barat. Hamka biasa
140 Narasi Kebangsaan dalam ...