Page 152 - kebudayaan
P. 152
Faktor yang terkait dengan asal-usul karya sastra adalah pengarang
dan kenyataan sejarah yang turut mengondisikan karya sastra saat
diciptakan.
Keberadaan pengarang dalam masyarakat tertentu, turut
memengaruhi karyanya. Teori strukturalisme genetik memandang
bahwa karya sastra baru dapat dipahami dengan sempurna apabila
dipahami pula riwayat hidup pengarangnya. Dengan menggunakan
strukturalisme genetik, bab ini mencoba melihat proses penciptaan
dan pemahaman terhadap puisi Hamka yang berjudul “Kepada Sauda-
raku M. Natsir.”
Sementara itu, konteks kebangsaan dijadikan pisau pembedah
puisi “Kepada Saudaraku M. Natsir” ini. Seperti diungkapkan
pemimpin bangsa, Bung Karno, “... kebangsaan berdefinisi sebagai
kehendak bersama.” Merujuk pada Otto van Bauer (Sudarsono, 2011),
kebangsaan adalah rumusan dari persamaan nasib yang tumbuh
menjadi persamaan karakter. Kebangsaan adalah perpaduan antara
fakta dan dongeng, dan tidak ada bangsa yang tercipta secara alami;
bangsa diciptakan oleh kehendak untuk bersatu serta persamaan nasib
yang membentuk identitas yang sama.
Selain berbicara mengenai perspektif kebangsaan, penelitian
terhadap puisi “Kepada Saudaraku M. Natsir” juga melihat hubungan
antara fakta-fakta kehidupan/kepenulisan Hamka dan bagaimana ia
mewujudkan pandangan keislamannya terhadap bangsa melalui bait-
bait puisinya yang ditujukan kepada M. Natsir. Berhubung penelitian
terhadap puisi kebangsaan ini juga dilihat secara islami, tulisan ini
pun menggunakan bentuk religiositas dalam sastra. Mangunwijaya Buku ini tidak diperjualbelikan.
menyebutkan bahwa semua sastra yang baik selalu religius, bahkan,
awal mula segala sastra adalah religiositas. Religiositas yang dimaksud
adalah religiositas pengarang sendiri dan religiositas masyarakat
(Suryami, 2018). Karya sastra dipandang tidak sekadar untuk
memperindah kehidupan dan menyemaikan kedamaian, tetapi yang
“Kepada Saudaraku M. Natsir“ ... 139