Page 208 - Cerita-Rakyat-Pulau-Buru-Kezia-PDF
P. 208
Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru
“Kakek, saya takut,” ujar sang cucu sambil bersembunyi
di balik tubuh sang kakek.
“Tidak apa-apa. Sebaiknya kita menolong burung
raksasa itu. Kelihatannya burung raksasa itu kesakitan,” kata
sang kakek.
“Untuk apa kita menolong burung raksasa itu? Burung
itu nanti memakan kita. Kehadirannya selama ini membuat
resah warga kampung,” sahut sang cucu.
“Tapi kita harus tetap menolong burung itu. Mungkin
ini sudah takdir Tuhan cucuku,” jawab sang kakek.
Mendengar hal itu, cucunya terdiam. Ia tidak dapat lagi
berkata-kata. Sedikit demi sedikit mereka mengumpulkan
keberanian. Akhirnya mereka mendekati burung raksasa itu.
Mereka kemudian menolongnya.
Berhari-hari burung raksasa itu dirawat oleh La Dirman
dan cucunya. Mereka merawat burung itu dengan penuh
perhatian dan kasih sayang. Burung raksasa itu akhirnya
sembuh dan kembali ke sarangnya. La Dirman dan cucunya
kembali ke desa.
Sesampainya di desa, La Dirman bercerita tentang apa
yang dia dan cucunya alami kepada penduduk setempat. Para
penduduk merasa kagum atas keberanian keduanya.
Setelah kejadian itu, burung raksasa tidak lagi mencari
memangsa di sekitar tempat tinggal penduduk. Mungkin
karena rasa terima kasihnya kepada La Dirman dan cucunya.
Burung raksasa memilih untuk mencari makan di daerah
pegunungan yang jauh dari tempat tinggal manusia.
Pada waktu yang lainnya, induk burung raksasa pergi
mencari makanan sendiri. Sang induk mencari makan di
tempat yang jauh. Karena terlalu lama menunggu, anak
197 197