Page 72 - Cerita-Rakyat-Pulau-Buru-Kezia-PDF
P. 72
Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru
“Pemuda sakti, Sultan memanggilmu ke istana,” kata
utusan Sultan Ternate.
“Baiklah, Tuan. Saya akan segera berkemas,” jawab
Lolong Limau.
Pemuda Lolong Limau bersama utusan Sultan Ternate
berlayar kembali ke Pulau Ternate. Mereka mengarungi laut
yang luas. Selama beberapa hari, mereka terombang-ambing
diterjang ombak. Hal itu tidak menyurutkan semangat mereka
untuk terus berlayar ke Pulau Ternate.
Tiba di Pulau Ternate, Lolong Limau segera menghadap
ke Sultan Ternate.
“Lolong Limau, saya menugasi untuk membasmi
gerombolan-gerombolan yang ada di Pulau Buru!” ucap
Sultan Ternate.
”Perintah Yang Mulia akan hamba laksanakan. Akan
tetapi Yang Mulia, sebelum saya ke Pulau Buru, izinkanlah saya
meminta doa dan restu kedua orang tua hamba,” jawab Lolong
Limau. Sutan Ternate menyetujui permintaan Lolong Limau.
Kembalilah Lolong Limau ke rumahnya. Ia
menemui kedua orang tuanya yang telah melahirkan
dan membesarkannya. Setelah meminta doa dan restu,
berangkatlah Lolong Limau menuju Pulau Buru. Tak lupa, ia
membawa bekal seadanya.
Dari Ternate, pemuda Lolong Limau berangkat ke Pulau
Buru menggunakan perahu kora-kora. Walau berukuran kecil,
perahu itu sangat tangguh menerjang ombak. Perahu kora-
kora terus melaju menuju Pulau Buru.
Di atas perahu kora-kora, tampak Lolong Limau duduk
di sebilah kayu. Matanya tajam mengamati bagian depan
perahu. Terik matahari tidak dihiraukannya. Percikan air laut
dibiarkannya mengering di kulitnya. Harapnya, ia ingin segera
61 61