Page 75 - Cerita-Rakyat-Pulau-Buru-Kezia-PDF
P. 75
Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru
dilaluinya. Tubuh Lolong Limau terlempar jauh dari tepi sungai
Air Kase. Tubuhnya tidak berdaya sama sekali. Kekuatan yang
ia miliki seakan hilang dari tubuhnya.
Mengetahui kondisinya yang tidak berdaya, Lolong
Limau memutuskan untuk kembali ke rumah. Lolong Limau
kembali mengingat kata-kata istrinya yang melarangnya
membangun jembatan di sungai itu. Ia harus menyampaikan
peristiwa itu kepada istrinya, Duria Lesnussa.
Setibanya di rumah, Lolong Limau segera bercerita
kepada istrinya.
“Istriku, benar apa katamu. Tidak membangun jembatan
di sungai itu,” ucap Lolong Limau dengan suara terbata-bata.
Betapa kaget sang istri mengetahui hal tersebut. Ia
melihat kondisi tubuh suaminya yang melemah. Ia menduga
telah terjadi hal yang tidak baik di sungai Air Kasi.
“Berkali-kali saya melarangmu, jangan membangun
jembatan di sungai itu. Tempat itu sangat berbahaya,” kata
Duria.
Kejadian di sungai itu rupanya berdampak bagi diri
Lolong Limau. Kesaktian dan keperkasaannya hilang. Pemuda
dari Tobelo itu tidak lagi pemberani seperti pertama kali ia
tiba di Pulau Buru. Lolong Limau kembali menjadi laki-laki
biasa seperti warga lainnya.
Menyadari kondisi tubuhnya seperti itu, Lolong Limau
meminta maaf kepada istrinya. Duria Lesnussa memaafkan
dan memaklumi tindakan suaminya. Suaminya terlalu gigih
hendak membantu warga mereka.
Lolong Limau dan Duria Lesnussa menjalani hidup
bersama warga. Mereka hidup tenteram. Anak-anak mereka
tumbuh dan besar di kampung Waehaka.
64 64