Page 78 - Cerita-Rakyat-Pulau-Buru-Kezia-PDF
P. 78

Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru                                              Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru

                  “Kalian melupakan satu hal,” seru Muhamad yang
            membuat ketiga kakaknya menoleh. “Sayalah yang paling
            cocok menjadi raja. Semua keahlian yang dimiliki kalian, ada
            pada diriku. Rakyat pasti akan makmur dan sejahtera bila di
            bawah kepemimpinanku. Ayah, berikan tahta itu kepadaku!”
                  Keempat kakak beradik itu terus beradu argumen
            di depan sang raja. Masing-masing menyampaikan
            pendapatnya. Keadaan terus memanas hingga emosi tak lagi
            dapat dibendung. Mereka mencabut pedang yang berada di
            pinggang masing-masing. Semua merasa dirinya yang paling
            pantas menjadi pengganti sang ayah menjadi seorang raja.

                  Memang benar yang dikatakan pepatah,  jika ingin
            menguji karakter seorang pria, berilah mereka kekuasaan.
            Bahkan keempat putra raja yang terkenal sangat akrab pun,
            mencabut  pedang  hanya  untuk  sebuah  tahta.  Saat  suasana
            semakin memanas, tiba-tiba suara tawa yang serak-serak
            justru terdengar dari arah kursi raja. Suara tawa itu membuat
            keempat putra raja menoleh keheranan.
                  “Apa yang Ayah tertawakan?” seru Sumarlin. “Bagaimana
            Ayah bisa tertawa di saat seperti ini?”
                  Sang raja menghela napas panjang. Ia tersenyum
            menatap keempat anaknya.
                  “Dahulu kalian hanyalah empat bocah nakal yang
            usil. Tanpa kusadari kalian berdiri di sini sekarang.
            Mencabut pedang pada saudara kalian sendiri hanya untuk
            memperebutkan sebuah tahta.”
                  “Dengarlah putra-putraku yang tampan. Kalian tidak
            perlu melakukan itu. Ayah akan mengadakan sayembara buat
            kalian,” lanjut sang raja. Keputusan sang raja membuat putra-
            putranya terkejut.
                  “Mengadakan sayembara?” tanya Sumarlin sambil
            melihat saudara-saudaranya.

                                       67                                                                              67
   73   74   75   76   77   78   79   80   81   82   83