Page 68 - Cerita-Rakyat-Pulau-Buru-Kezia-PDF
P. 68
Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru
Pulau Buru harus hati-hati. Jika tidak hati-hati, mereka akan
menjadi santapan kedua elang raksasa itu.
Pada suatu hari, sebuah kapal asing melintas di sekitar
Pulau Buru. Nahkoda kapal yang telah tahu kabar kegalakan
elang raksasa segera memberi perintah kepada awak kapalnya.
“Wahai awakku, jangan lagi kalian tidur!” kata nahkoda
kapal. “Bangunlah! Waktunya sudah siang.”
Nakhoda kapal tidak mau awaknya lengah. Ia harus
menjaga kesiapan awaknya untuk mengantisipasi serangan
elang raksasa.
“Kita akan melintas di perairan Pulau Buru. Ada elang
raksasa yang sangat galak di sini. Siapkan tombak untuk
melawan elang raksasa itu! Saat menyerang harus berhati-
hati. Panaskan tombak agar membakar sayap elang itu!” teriak
nahkoda kapal.
Semua awak kapal segera mempersiapkkan diri.
Mereka memegang tombak, parang, dan benda apa saja yang
dapat dipakai untuk melawan elang galak itu. Awak kapal
tidak mau menjadi mangsa elang raksasa itu.
“Ayo bersiaplah!“ seru nakkoda kapal kembali. “Negeri
Tifu sudah dekat. Semua bersiaga di geledak kapal! Tunggu
komando dari saya! Jangan bergerak sebelum saya memberi
perintah!” teriak nahkoda kembali.
Mendengar seruan nakhoda kapal, para awak kapal
justru semakin cemas. Tangan terasa getar. Kaki terasa lunglai.
Napas awak kapal itu naik-turun tidak teratur.
Di ufuk timur, matahari mulai meninggi. Kapal sudah
berada di depan Negeri Tifu. Semua awak kapal bersiaga di
posisi masing-masing.
Dari gunung Tanusan, elang raksasa melihat sebuah
kapal mendekati pesisir pantai. Walau dari tempat yang jauh,
57 57