Page 66 - Cerita-Rakyat-Pulau-Buru-Kezia-PDF
P. 66
Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru
Suara burung itu terdengar dari arah liang batu. Pria
itu mendekati liang batu. Ia melihat ke dalam liang. Ternyata,
ada dua ekor elang raksasa di dalam liang itu. Seekor elang
terluka. Elang itu merintih kesakitan. Sepertinya, elang itu
membutuhkan pertolongan.
Pria itu lari tergesa-gesa ke kampung. Ia hendak
menyampaikan kejadian itu kepada ayahnya.
”Ayah.... Ayah…. Di sana ada dua ekor burung yang
sangat besar. Seekor burung itu terluka di sayapnya. Burung
itu tidak bisa terbang. Ayo kita bantu burung itu!”
Pria itu dan ayahnya pergi ke sarang elang raksasa itu.
Mereka hendak mengobati elang yang terluka.
“Aku takut, Ayah,” kata pria itu. “Burung raksasa itu
sepertinya bisa memangsa manusia.”
“Jangan takut,” kata ayahnya. “Kalau niat kita baik,
burung elang itu tidak memangsa kita.”
Tiba di liang batu di kaki gunung Tanusan, ayah dan
anak itu mengobati elang raksasa yang sedang terluka. Ayah
dan anak itu mengobati elang yang terluka itu hingga sembuh.
Setelah sembuh, elang itu terbang mencari makanan.
Melihat elang yang diobatinya telah pergi, pria itu dan
ayahnya kembali ke rumah. Mereka akan menyampaikan
kepada warga bahwa di sekitar kampung mereka ada dua ekor
burung elang yang sangat besar. Mendengar berita itu, semua
warga ketakutan.
Suatu hari, kedua elang raksasa itu keluar dari sarang.
Lengkingannya membahana ke seantero negeri. Kecepatan
terbangnya tak tertandingi oleh burung manapun. Gerakannya
sangat cepat. Sayapnya yang lebar seolah menutupi sebagian
Pulau Buru.
55 55