Page 84 - Cerita-Rakyat-Pulau-Buru-Kezia-PDF
P. 84
Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru
Ia menyiapkan sarapan untuk suami dan anaknya serta
mempersiapkan bekal mereka ke ladang.
“Kraaakkk…” Tiba-tiba pintu kamar Pak Jalal berbunyi.
“Bu, apa Rudi sudah bangun?” tanya Pak Jalal memecah
keheningan suasana pagi itu, sambil berjalan menuju sumur
tua yang sejajar dengan pintu dapur mereka.
“Belum Pak. Kalau istrinya baru saja bangun. Lagi ke
kamar mandi,” jawab Ibu Sumarni sambil terus melanjutkan
aktivitasnya di dapur.
“Dia sudah bangun, Bu” jawab Ani, istri Rudi. Ternyata
dia sudah berdiri tepat di belakang Ibu Sumarni.
“Dia lagi mempersiapkan alat tani untuk dibawa ke
lahan,” lanjut Ani menjelaskan pada mertuanya.
Sayup-sayup, terdengar Pak Umar melantunkan azan
dari masjid kampung.
“Saya ke masjid dulu ya, Bu.” Suara Pak Jalal mengagetkan
istri dan menantunya yang disusul dengan suara Rudi. “Aku
juga.”
Ibu Sumarni dan Ani menyiapkan makanan di meja
dan kemudian melaksanakan salat Subuh.
Usai melaksanakan salat Subuh, Pak Jalal dan Rudi
segera sarapan. Setelah selesai sarapan, keduanya bersiap-siap
pergi ke lahan baru di lereng gunung Botak.
Saat tiba di tempat tujuan, Rudi memulai menebang
pohon-pohon kecil yang ada di lahan itu agar lahan itu. Pak
Jalal sibuk membuat pondok untuk tempat perlindungan saat
mereka istirahat.
Rudi dan ayahnya bekerja dengan penuh semangat. Tak
terasa matahari telah berada di atas ubun-ubun. Keduanya
istirahat yang mengumpulkan tenaga kembali.
73 73