Page 85 - Cerita-Rakyat-Pulau-Buru-Kezia-PDF
P. 85
Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru Antologi CeritA rAkyAt PulAu Buru
Setelah makan dan beristirahat sejenak, Rudi dan
ayahnya kembali melanjutkan pekerjaan tadi. Namun sesuatu
yang sangat mengejutkan terjadi. Tiba-tiba Rudi berteriak
memanggil ayahnya.
“Ayah… Ayah… Ayah…”
Pak Jalal bergegas menghampiri anaknya.
“Kenapa Nak?” tanyanya dengan napasnya yang
terengah-engah. Rudi memperlihatkan gumpalan tanah yang
di genggamannya. Pak Jalal terlihat bingung saat melihat
tanah itu.
“Kenapa dengan tanah itu?” tanya Pak Jalal kepada Rudi.
“Coba ayah perhatikan dengan baik,” jawab Rudi. Rudi
menyodorkan gumpalan tanah yang ada di genggamannya agar
dikenai cahaya matahari. Tanah itu terlihat berkilau bagai emas.
“Ayah, apakah ini emas?”
“Entahlah, Nak” jawab Pak Jalal singkat. Ayahnya
teringat kembali pada mimpinya tadi malam.
“Kenapa ayah terlihat bingung?” tanya Rudi.
“Tadi malam ayah mimpi menemukan lempengan emas
di lahan yang akan kita garap ini. Apa mungkin itu benar-
benar emas?” jawab Pak Jalal dengan wajahnya yang penuh
kebingungan bercampur penuh harap.
“Sebaiknya kita bawa pulang tanah itu. nanti du rumah,
kita periksa ulang. Tetapi, bagaimana caranya?” kata Pak Jalal
masih dalam keadaan bingung
“Tenang ayah. Aku tahu caranya,” jawab Rudi seraya
mengisi tanah itu di karung yang dipegangnya.
Sore hari pun tiba. Ayah dan anak kembali ke rumah.
“Ayah, usai salat Isya nanti kita tes tanah itu,” kata Rudi
mengagetkan ayahnya yang sedang makan.
74 74