Page 511 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 511
http://pustaka-indo.blogspot.com
awal, seperti Marin Mersenne, René Descartes, dan Blaise
Pascal tetap setia pada keyakinan Katolik. Kasus Galileo
adalah kasus yang rumit dan saya tidak bermaksud menelaah
seluruh aspek politiknya. Namun, ada satu fakta yang penting
bagi pembahasan kita: gereja Katolik Roma mengutuk teori
Heliosentrisme bukan karena teori itu berbahaya bagi
keimanan kepada Tuhan Sang Pencipta, tetapi karena
bertentangan dengan firman Tuhan di dalam kitab suci.
Hal ini juga mengusik banyak penganut Protestan pada masa
pengadilan Galileo. Baik Luther maupun Calvin tidak
mengutuk Copernicus namun rekan Luther, Philipp
Melanchthon (1497-1560) menolak gagasan tentang gerak
bumi mengelilingi matahari karena bertentangan dengan
sejumlah ayat di dalam Alkitab. Ini bukan hanya menjadi
keprihatinan kaum Protestan. Setelah Konsili Trent, orang
Katolik mengembangkan antusiasme baru terhadap kitab suci
mereka sendiri: Vulgate, terjemahan Alkitab berbahasa latin
dari St. Jerome. Dalam katakata Inkuisitor Spanyol, Leon
Castro, pada 1576: “Tak ada perubahan sedikit pun di dalam
Vulgate edisi latin, entah itu berupa sebuah titik, sebuah
kesimpulan kecil atau anak kalimat, satu ungkapan, satu suku
47
kata, atau sekecil apa pun.” Di masa lalu, seperti yang
telah kita saksikan, sebagian kaum rasionalis dan mistik telah
mengambil langkah meninggalkan pembacaan harfiah
terhadap Alkitab dan Al-Quran dan beralih ke tafsiran
simbolik yang dipikirkan dengan matang. Kini, kaum
Protestan maupun Katolik mulai melandaskan keimanan
mereka pada pemahaman kitab suci yang sepenuhnya
bersifat harfiah. Kaum Ismaili, Sufi, Kabbalis, atau
hesychasts mungkin takkan terusik oleh penemuan ilmiah
Galileo dan Copernicus, tetapi hal itu menjadi persoalan bagi
kaum Katolik dan Protestan yang telah menganut literalisme
baru. Bagaimana mendamaikan teori bahwa bumi beredar
~504~ (pustaka-indo)