Page 514 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 514
http://pustaka-indo.blogspot.com
sangat berpengaruh, tampaknya membela konsepsi
ketuhanan para filosof dalam risalahnya The Divine
Providence. Eksistensi Tuhan ini bisa dibuktikan secara
ilmiah seperti semua fakta kehidupan lainnya. Rancangan
alam, yang tidak mungkin terjadi secara kebetulan, menunjuk
kepada eksistensi Penggerak Pertama. Tak ada sesuatu yang
spesifik Kristen dalam konsepsi ketuhanan Lessius: Tuhan
hanyalah sebuah fakta ilmiah yang bisa ditemukan oleh setiap
manusia yang berakal. Lessius jarang sekali menyebut
Yesus. Dia memberi kesan bahwa eksistensi Tuhan
sesungguhnya bisa dideduksi dari pengamatan biasa, filsafat,
studi perbandingan agama, dan akal sehat. Tuhan menjadi
sekadar wujud biasa, seperti sekumpulan fakta lain yang
mulai diteliti oleh para ilmuwan dan ahli filsafat di Barat.
Para faylasuf tidak pernah meragukan keabsahan bukti-bukti
mereka tentang eksistensi Tuhan, namun rekan-rekan
mereka yang ahli agama akhirnya memutuskan bahwa Tuhan
para filosof ini tidak banyak memiliki nilai religius. Thomas
Aquinas mungkin menyiratkan bahwa Tuhan sekadar simpul
lain dalam mata rantai wujud— meskipun yang tertinggi—
namun secara pribadi meyakini bahwa argumen-argumen
filosofis ini tidak ada sangkut-pautnya dengan Tuhan mistikal
yang pernah dia rasakan kehadirannya di dalam doa. Namun
pada awal abad ketujuh belas, para teolog dan pendeta
terkemuka terus berargumentasi tentang keberadaan Tuhan
dengan alasan-alasan yang sepenuhnya rasional. Banyak di
antara mereka masih melanjutkan cara itu hingga kini. Ketika
argumen-argumen mereka ditolak oleh sains baru, eksistensi
Tuhan itu sendiri menjadi terancam. Alih-alih memandang ide
tentang Tuhan sebagai simbol realitas yang tak bereksistensi
dalam pengertian biasa dan yang hanya bisa ditemukan
melalui doa dan kontemplasi imajinatif, Tuhan justru semakin
dipandang sekadar sebagai sebuah fakta sebagaimana fakta-
fakta lainnya. Dalam diri seorang teolog semacam Lessius
~507~ (pustaka-indo)