Page 520 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 520

http://pustaka-indo.blogspot.com
             berkesinambungan      bisa     didapatkan.    Alih-alih
             mengkhawatirkan  generasi  muda  akan  menjadi  orang  tak
             berguna, seperti di masa lalu, generasi yang lebih tua justru
             berharap  anak-anak  mereka  bisa  hidup  lebih  baik  daripada
             mereka.  Kajian  sejarah  didominasi  oleh  sebuah  mitos  baru,
             yakni mitos tentang kemajuan. Banyak hal besar yang telah
             dicapai, tetapi kini kerusakan lingkungan telah menyadarkan
             kita bahwa pandangan hidup ini sama rentannya dengan yang
             lama.  Barangkali  kita  pun  mulai  memahami  bahwa  mitos
             tentang  kemajuan  ini  sama  fiktifnya  dengan  sebagian  besar
             mitologi  lain  yang  telah  mengilhami  umat  manusia  selama
             berabad-abad.


             Sementara  penggabungan  berbagai  sumber  dan  penemuan
             telah  mempersatukan  umat  manusia,  spesialisasi  baru  mau
             tak mau menarik mereka ke arah yang berbeda-beda. Pada
             masa-masa  sebelumnya  selalu  ada  kemungkinan  bagi
             seorang   intelektual   untuk   mengikuti   perkembangan
             pengetahuan  di  semua  bidang.  Para  faylasuf  Muslim,
             misalnya,  menguasai  ilmu  kedokteran,  filsafat,  dan  estetika.
             Bahkan,  falsafah  menawarkan  kepada  para  pengkajinya
             sebuah  pandangan  yang  koheren  dan  inklusif  tentang  apa
             yang  diyakini  sebagai  keseluruhan  realitas.  Pada  abad
             ketujuh  belas,  proses  spesialisasi  yang  akan  menjadi  ciri
             paling  menyolok  dari  masyarakat  Barat  menjadi  semakin
             terasakan.  Berbagai  disiplin,  seperti  astronomi,  kimia,  dan
             geometri mulai menjadi independen dan autonom. Akhirnya,
             pada masa kita sekarang ini, mustahil bagi seorang ahli pada
             bidang  tertentu  untuk  merasa  berkompeten  di  bidang  yang
             lain.  Akibatnya,  setiap  intelektual  memandang  dirinya  tak
             lebih  dari  seorang  pemelihara  tradisi  daripada  sebagai
             pelopor.  Dia  adalah  seorang  penjelajah,  seperti  navigator
             yang menembus bagian-bagian dunia baru. Dia mengembara
             ke  wilayah  yang  belum  terpetakan  demi  kepentingan




                            ~513~ (pustaka-indo)
   515   516   517   518   519   520   521   522   523   524   525