Page 16 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 16
seharusnya dibeli untuk peningkatan proses pembelajaran tidak
dapat dibeli karena infrastruktur yang ada kurang mendukung.
Memberikan alokasi anggaran pendidikan yang besar tanpa di-
sertai dengan pengembangan infrastruktur transportasi, tele-
komunikasi, dan penerangan yang merata justru memperlebar
kesenjangan mutu pendidikan antara daerah yang maju dan ter-
isolasi, atau antara perkotaan dengan pedesaan.
Prof. Dr. Fuad Hassan betul. Anggaran pendidikan yang
tinggi memungkinkan Departemen Pendidikan Nasional (DPN)
mencetak buku-buku pelajaran sebanyak yang diperlukan, bisa
membeli sarana laboratorium yang lengkap, dan sarana pendi-
dikan lainnya yang memadai. Tapi untuk apa barang-barang itu
semua diusahakan dengan biaya trilyunan rupiah, bila ternyata
distribusinya mengalami lambat atau bahkan macet, karena ke-
sulitan transportasi? Sebagai contoh, distribusi buku-buku paket
ke luar Jawa selalu mengalami keterlambatan hingga satu tahun
lebih, sebagai akibat sulit dan atau mahalnya transportasi.
2. Butuh Perencanaan Matang
Besarnya peningkatan anggaran pendidikan justru bisa men-
jadi bumerang dan tidak otomatis menjamin adanya peningkatan
kualitas pendidikan nasional, bila tidak disertai dengan peren-
canaan yang matang dan pengelolaan yang baik. Bila tidak di-
sertai dengan perencanaan yang matang dan kemampuan me-
ngelola yang baik, yang terjadi justru bisa sebaliknya. Kenaikan
anggaran pendidikan bisa memperparah mental korupsi yang
ada di lingkungan DPN, yang selama ini dikenal sebagai depar-
temen paling korup kedua setelah Departemen Agama. Kekha-
watiran semacam itu cukup beralasan, mengingat kemampuan
institusi itu untuk melakukan perencanaan secara matang dan
pengelolaan dana secara baik belum teruji di lapangan.
Seorang pejabat di DPN pernah membisikkan informasi,
bahwa sisa anggaran di Departemen Pendidikan Nasional itu
setiap tahunnya selalu mencapai angka ratusan miliar rupiah. Ia
menyebut angka, misalnya Direktorat Menengah Umum pada