Page 170 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 170

j
              institusi  pemerintah  yang  merasa  bertanggung awab     atas  nasib
              pendidikan   di  masa-masa    mendatang.     Masing-masing    pihak
              saling  melempar    tanggung   jawab,  karena   mereka   tidak  mau
              dibebani  dengan   tanggung awab     baru  sekaligus  pertanggung-
                                            j
              jawabannya.   Padahal,  seharusnya   persiapan-persiapan    itu  telah
              dilakukan   mulai  awal,   termasuk   oleh  guru,  sehingga   dalam
              pembentukan    Dewan   Pendidikan   maupun   Komite Sekolah,   suara
              guru  menjadi   lebih  dominan.  Bila  guru  sendiri  tetap  bersikap
              tak acuh  dan  menganggap    persoalan  otonomi  daerah  itu  urusan
              "orang  besar-besar",  maka    kelak  Dewan   Pendidikan    maupun
              Komite   Sekolah  lebih  didominasi   oleh  birokrat-birokrat  Kabu-
              paten/Kota   dan  birokrat  leburan  Kanwil  dan  Kandep   Departe-
              men  Pendidikan,   yang  motivasinya    tidak  untuk  mengembang-
              kan  pendidikan   itu  sendiri,  melainkan  mempertahankan      status
              quo.  Kekhawatiran   awal  penulis   ini  sekarang  terbukti,  ketika
              yang  duduk di  Dewan   Pendidikan   maupun    Komite Sekolah   ada-
              lah  orang-orang  yang  dekat  dengan   birokrasi  pendidikan   atau
              dengan   kepala  sekolah.  Fungsi  Dewan   Pendidikan   dan  Komite
              Sekolah  ini juga  lebih  banyak melegitimasi  keputusan-keputusan
              yang  diambil   oleh  birokrat  maupun     kepala  sekolah.  Jarang
              Dewan   Pendidikan   dan  Komite   Sekolah  yang   betul-betul  inde-
              penden,   kritis,  serta  inovatif.

                   Ketiga,  seberapa  besar  otonomi  daerah,  yang  di  dalamnya
              tercakup otonomi   pendidikan,   mampu   menciptakan    pengelolaan
              pendidikan   yang  lebih  efektif,  efisien,  serta  mampu  meningkat-
              kan  profesionalisme   para  guru?  Hal  itu  mengingat   salah  satu
              tujuan  dari  pelaksanaan  otonomi   itu  adalah  terciptanya  suatu
              tatanan  birokrasi  yang  lebih  efektif  dan  efisien,  sehingga  dalam
              melayani  masyarakat   bisa  lebih  profesional.  Bila  kelak  akhirnya
              birokrasi  tidak  bertambah  efektif,  efisien,  dan  profesional,  maka
              pelaksanaan   otonomi   perlu  mendapat   koreksi  serius.

                   Salah  satu  keluhan  yang  sekarang   banyak   dirasakan  oleh
              guru  adalah,  proses  pengurusan   nasib  mereka—terutama     guru-
              guru  S M P - S M T A  yang  sebelumnya  berhubungan   langsung  de-
              ngan  Kandep dan Kanwil    P dan  K — setelah otonomi daerah justru
   165   166   167   168   169   170   171   172   173   174   175