Page 167 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 167

semakin   memprihatinkan.    Boleh  jadi,  kondisinya  akan  semakin
               buruk  karena   tidak  ada  lagi  pihak-pihak  yang  peduli  terhadap
               jalannya  pendidikan.   Pemerintah    Pusat  mengandaikan     bahwa
               pendidikan   di  daerah  tersebut  sudah  diurus  oleh  bupati/wali-
               kota,  sedangkan   bupati/walikota   yang  diandaikan   itu  ternyata
               tidak  memiliki  kemauan   dan  kemampuan     untuk   mengembang-
               kan  pendidikan,   baik  untuk   menjawab    tuntutan   ittward  looking
               m a u p u n  outward  looking.


               2.  Implikasi    Ekonomis      dan   Politis

                    Implikasi  dari  implementasi  otonomi   daerah  terhadap  pro-
               fesi  guru  itu  dapat  dilihat  dari  dua  dimensi,  yaitu  ekonomis
               dan  politis.

                    2.1.  Implikasi ekonomis.  Implikasi konomis dari    implemen-
                                                         e
               tasi  otonomi  daerah   itu  dapat  dilihat  dari  keterbatasan  dana
               pendidikan   yang   tersedia.  Akibat  keterbatasan  dana   tersebut,
               antara  lain:
               1.  Usaha  peningkatan   kuantitas  guru  pada  setiap  daerah  akan
                  mengalami    hambatan.    Padahal,  banyak   daerah  terutama   di
                  pelosok-pelosok    secara  kuantitatif  masih  mengalami    keku-
                          j
                  rangan umlah    guru.  Bahkan   di  daerah  seperti  Pulau  Madura
                  (yang   secara  administratif  masih   termasuk    wilayah   Jawa
                  Timur),   banyak  SD   yang  hanya  diajar  oleh  satu-tiga  guru,
                  padahal   idealnya  dalam  satu  sekolah  minimal  ada  enam  guru
                  kelas,  satu  guru  agama  Islam,  satu  guru  olahraga,  dan  satu
                  kepala  sekolah.  Tapi  yang  terjadi,  banyak  sekolah  yang  total
                                    t
                  hanya  memiliki iga-lima    guru  saja.  Akibatnya,  satu  guru  ba-
                  nyak yang   mengajar  lebih  dari  satu  kelas.  Dan ironisnya,  kon-
                  disi  terburuk  itu  justru  terjadi  pada  Sekolah  Dasar,  yang  me-
                  rupakan   basis  dari  proses  pendidikan  secara  keseluruhan.
               2.  Berbagai  program   peningkatan   mutu   pendidikan,   termasuk
                  peningkatan   kualifikasi  (melalui  pendidikan penyetaraan)  dan
                  profesionalisme    guru  (melalui  berbagai  program    pelatihan
                  dan  pemagangan),    menjadi  terhambat.   Program   peningkatan
   162   163   164   165   166   167   168   169   170   171   172