Page 191 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 191

kota-kota  besar  macam Jakarta,  Surabaya,  Medan,  atau  Makassar.
               Kota-kota  kecil  pun  sudah  diserbu  wabah   gaya   hidup   remaja
               mall.  Soalnya,  jaringan  ekonomi  kapitalisme  begitu  dahsyat  me-
               lakukan   ekspansi   pembangunan      mall  alias  pusat  perbelanjaan
               modern   ke  berbagai  penjuru  pelosok  negeri  kita.

                    Sungguh    pun  tidak  tersedia  data  kuantitatif  dari  hasil  moni-
               toring  perkembangan   gaya  hidup  kaum   remaja  wali,  namun  bila
               dilihat  kenyataannya  di  lapangan  menunjukkan     kecenderungan
               terus  meningkat.   Buktinya,  walau   jumlah  mall  yang  dibangun
               semakin   banyak,  tetap  saja  selalu  dipenuhi  kaum  remaja  yang
               mejeng  dengan  tujuan  beragam.  Waktu    mejeng  mereka  pun  tidak
                               j
               terbatas  pada am-jam    tertentu,  seperti  sore  hari,  tapi  bisa  dari
               pagi,  sejak am  kerja  mall  mulai  dibuka  hingga  siang  dan  malam
                           j
               hari.  Tidak  sedikit  para  remaja  itu  tidak  sungkan  masih  menge-
               nakan  pakaian seragam sambil    membawa     tas sekolah.  Fenomena
               ini  boleh  disebut  khas  dekade  akhir  abad  ke-20,  karena  sebe-
               lumnya   tidak  terlihat  di  masyarakat.

                    Fenomena-fenomena      lain yang  mewabah    di  kalangan rema-
               ja  seperti  merokok,  hubungan   seks  pranikah,  tawuran   massal,
               penggunaan     obat-obat   terlarang,  dan  kenakalan   lain  seperti
               sering  dikeluhkan   para  orang   tua,  bukanlah  fenomena    baru.
               Dalam   berbagai  wujud,  sesungguhnya    semua   itu  juga  telah  me-
               nyertai  sejarah  perkembangan    manusia.  Tentu  saja  dengan  for-
               mulasi  yang  berbeda.  Remaja  dulu  kala  memang   tidak  mengenal
               ganja,  narkotika,  sabu-sabu,  dan  sejenisnya.  Tapi  mereka  menge-
               nal  daun  kecubung,   candu,   dan enewer    yang   memiliki  ekses
                                                    j
               sama  dengan   obat-obat  terlarang sekarang.  Dalam  bidang seksu-
               alitas,  remaja  dulu  memang    belum   mengenal   istilah  blue  film,
               tapi  mereka  mengenal  kesenian  tayub atau  di  masyarakat  terten-
                                    "
               tu  mengenal  tradisi gowok", yang bukan     saja  merupakan contoh
               visual  dari  aktivitas  seksual.  Para  remaja  itu  bahkan  terlibat  di
               dalamnya,   terutama   yang  akan  memasuki    masa  pernikahan.


                    Bila  para emaja  dulu  seolah-olah  tidak  pernah  dihadapkan
                              r
               pada  persoalan  perkelahian   remaja,  obat-obatan  terlarang,  atau
   186   187   188   189   190   191   192   193   194   195   196