Page 195 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 195

perancang   mendesain   barang-barang    tersebut  untuk  membantu
               terciptanya efisiensi  waktu  dan  komunikasi,  tapi  oleh  konsumen
               dipersepsi  sebagai  simbol   kemodernan.

                    Pengembangan     budaya   mail  ini,  tanpa  disadari,  telah  mem-
               bentuk  eksklusivisme   baru  di  masyarakat   pada  umumnya     dan
               antarremaja  sendiri  khususnya.  Para  remaja  yang,  karena sesuatu
               hal,  tidak  masuk  ke  dalam  generasi  mail (entah  karena  tidak suka,
               tidak  ada  waktu,  atau  tidak  memiliki  akses  untuk  itu)  seakan-
               akan  merasa   ketinggalan   atau  terisolasi  karena  mereka  tidak
               paham   dengan   idiom  atau  bahasa  gaul  yang  dikembangkan  oleh
               sesama  remaja  yang  lain.  Adanya  kesenjangan  komunikasi antar-
               remaja  kemudian seakan    menimbulkan     sekat antara  remaja yang
               suka  mejeng  di  mall  dan  tidak.  Bagi  remaja  yang  tidak  suka  mejeng
               di  mail  tapi  memiliki  kepercayaan diri  yang tinggi, sekat  itu  tidak
               akan  menjadi   masalah.   Tapi  bagi  remaja  yang  tidak  memiliki
               kepercayaan   diri  cukup  tinggi  (dan  ini  yang  terjadi  pada  mayo-
               ritas  remaja),  sekat  tersebut  akan  menjadi  masalah  sebab  bisa
               memunculkan     rasa  minder.

                    Perasaan   minder   muncul    karena  persepsi  keliru  tentang
               kemodernan.    Bahwa    remaja  yang  modern   adalah  remaja   yang
               masuk   ke  dalam generasi  mail,  yang  disimbolkan  dengan  pakaian
               ketat,  seksi,  mahal,  punya  handphone,  dan  memiliki  bahasa  gaul
               tersendiri.  Remaja  yang  lugu,  sederhana,  tidak  berpakaian  seksi,
               tidak  memiliki    handphone  dan  sebagainya,   meskipun     pintar,
               kreatif,  rajin,  dan  kritis  tidak  dianggap  modern.  Jadi  kemodern-
               an  bukan  dimengerti   pada  tataran  pola  pikir  dan  tingkah  laku,
               tapi  pada  simbol-simbol   materialistik.

                    Remaja   yang  berasal  dari  golongan  ekonomi  menengah    ke
               atas dapat menyesuaikan    diri  secara cepat, dengan  menggunakan
               kekayaan   milik  orang  tuanya.  Bagi  mereka,  itu  soal  pilihan  saja.
               Tapi  bagi  remaja  yang  berasal  dari  lapisan  ekonomi  bawah  dan
               tinggal  di  kota-kota  besar  seperti  Jakarta,  Bandung,  Surabaya,
               dan  Medan   yang  secara  geografis  berdekatan  dengan  lokasi  mail,
               dan   interaksi  mereka   sehari-hari  selalu  bergesekan    dengan
   190   191   192   193   194   195   196   197   198   199   200