Page 200 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 200
didengarkan dan dihargai. Oleh sebab itu, kedua sikap ini pun
menjadi tugas guru yang amat penting. Sedangkan sikap esketis-
me itu diperlukan agar para remaja bersedia mengambil jarak
dari keramaian dunia (tnall) untuk belajar lebih tekun. Tanpa
ditanamkan sikap asketis, sulit bagi remaja untuk mengambil
jarak dari ruang pergaulan mereka yang penuh dengan keramai-
an, hiruk pikuk, serba material, dan manipulatif. Dari panggung
dunia yang semacam itu, sulit mengharapkan lahirnya orang-
orang yang berjiwa demokrat, profesional, rendah hati, toleran,
terbuka, sekaligus kreatif.
Mengajak remaja mengambil jarak dari keramaian dunia
malt merupakan tugas guru yang amat berat untuk masa seka-
rang. Tapi fungsi dan tugas guru seperti itu tidak bisa dihindari
bila kita mengharapkan remaja memiliki kontribusi yang besar
bagi perubahan kehidupan di masa mendatang. Menumbuhkan
sikap asketis itu tidak bisa digantikan oleh kehadiran media
televisi; bahkan tidak semua guru bisa melakukannya. Hanya
guru-guru yang masih mau terus belajar, terbuka untuk dikritik,
dan selalu membuka dialog dengan murid saja yang akan men-
capai tingkat kematangan tertentu dan mampu menjalankan
peran sebagai seorang resi, yaitu selalu bertugas mewartakan
kebenaran dan mengajarkan kearifan, kejujuran, dan kesejukan
hati kepada setiap orang yang bersedia mendengarnya.
Adanya pergeseran fungsi guru itu konsekuensi logisnya
adalah pergeseran peran guru. Jika dulu hingga sekarang peran
mengajari, menggurui, dan sebagai makhluk serba bisa itu amat
menonjol, ke depan peran seperti itu harus bergeser menjadi
lebih memberikan motivasi, inspirasi, fasilitasi, serta kawan dia-
log bagi murid. Peran guru sebagai motivator, inspirator, fasili-
tator, dan kawan dialog harus lebih menonjol terutama pada
kelompok remaja kota yang mengalami kompleksitas persoalan.
Konsekuensi pergeseran fungsi dan peran itu menuntut per-
ubahan relasi antara guru dan murid. Pola-pola relasi yang sub-
ordinatif terhadap murid perlu digantikan dengan pola kese-
taraan agar guru bisa menjadi kelompok sebaya bagi murid,