Page 197 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 197
komputer, dan satu-satunya pemancar televisi yang dapat
j
mereka nikmati hanya TVRI saja. Mereka uga mungkin meng-
alami pergeseran, tapi tidak terlalu tajam seperti yang terjadi di
kota-kota besar. Persoalan terbesar yang dihadapi para remaja
di daerah-daerah terisolasi ini justru rasa frustasi, karena
keterbelakangan dan ketidakadilan yang semakin tajam antara
remaja kota dengan remaja daerah terisolasi. Terlebih bila mereka
tahu bahwa perkembangan teknologi komunikasi yang begitu
pesat itu hanya dapat dinikmati oleh sekelompok kecil remaja
saja, yaitu mereka yang tinggal di kota dan kaya. Tinggal di
kota tapi miskin, juga tidak bisa turut menikmatinya. Sebaliknya,
kaya tapi tinggal di daerah yang belum teraliri listrik dan sam-
bungan telepon, ya tidak bisa turut menikmati perkembangan
tersebut.
Meskipun demikian, bila memperhatikan percepatan arus
modal yang kemudian ditunjang dengan perubahan sistem
politik nasional, yaitu melalui pelaksanaan otonomi daerah yang
memungkinkan daerah bisa berhubungan langsung dengan
pemilik modal dari luar negeri, lambat laun perilaku generasi
mail itu akan meluas ke daerah-daerah pelosok dan akan menjadi
t
persoalan krusial. Tanda-tanda ke arah itu sudah ampak mulai
sekarang, dengan formulasi yang berbeda. Banyak remaja di
desa yang minta dibelikan sepeda motor, dan untuk itu orang
tua terpaksa menjual tanah miliknya yang menjadi modal utama
sebagai seorang petani. Kecemasan itu muncul mengingat begitu
kuatnya pengaruh media televisi terhadap pembentukan selera
konsumarisme, seperti (salah satunya) yang tertangkap dari iklan
mobil Subronto Laras dan Mi'ing Bagito: "Ini mobil atau tempat
tidur?"
Tapi selain hal-hal yang sedikit mencemaskan itu, juga ter-
dapat potensi remaja yang amat menggembirakan, misalnya
tingkat kecerdasan yang lebih tinggi berkat makanan yang
bergizi, lebih kreatif, rasa ingin tahu lebih besar, dan mobilitas
yang auh lebih tinggi berkat dukungan sarana transportasi.
j