Page 194 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 194

dengan    kelahiran   generasi   handphone,  yaitu  kecenderungan
              remaja  untuk  berhaha-ria  dengan   menggunakan     sarana  telepon
              genggam    (Itandphone).  Gejala  ini  dianggap  khas  karena   baru
              muncul   sejak  awal  dekade  1990-an  dan  semakin  jelas  sosoknya
                                                          e
              sejak  pertengahan  dekade 1990-an.  Krisis konomi    yang  melanda
              Indonesia   sejak  akhir  Juli  1997  ternyata  tidak  kelewat  meng-
              hambat   perkembangan     gaya  hidup  mereka.   Meskipun    kondisi
                                                    j
              ekonomi   orang  tua  sedang  krisis, umlah   mereka   tetap  makin
              banyak,  bahkan   cenderung    meningkat.

                   Dampak    terbesar  dari  kehadiran  generasi  tnall  dan  generasi
              telepon  genggam   ini  adalah  meningkatnya   pola  konsumerisme
              di  kalangan  remaja  sekaligus  lahirnya   gaya  hidup  baru  yang
              disebut  sebagai  budaya    tnall;  suatu  budaya  yang  mengambil
              wacana   dunia   tnall:  pakaian  serba  ketat,  seksi,  mahal-mahal,
              trendi,  suka  menyantap    makanan    cepat  saji,  suka  yang  serba
              instan,  dan  mengembangkan      bahasa  gaul  yang  hanya  bisa  di-
              mengerti  oleh  kelompok mereka    sendiri.  Munculnya  budaya   tnall
              ini  adalah  konsekuensi  logis  dari  berkembangnya   budaya   kap-
              italis  yang  ditawarkan  di  mall-mall;  sekaligus  pencitraan  baru,
              di  mana  pakaian  tidak  lagi  dilihat  secara  fungsional,  tapi  lebih
              dimaknai   pada  nilai  simboliknya  (mahal/murahnya).    Demikian
              juga  pemakaian    produk   lain,  seperti  jam  tangan  dan  telepon
              genggam,   sebetulnya   lebih  merupakan    bagian  dari  pencitraan
              diri  atau  simbol  sebagai  seorang  modern,  bukan  dalam  arti  fung-
              sional.  Telepon  genggam    yang  oleh  perancangnya    dimaksud-
              kan  untuk  memudahkan    komunikasi   bagi  orang-orang yang sibuk
              dan aktivitasnya selalu  mobil, sehingga  tidak  tentu  berada  dalam
              satu  tempat  yang  tetap,  oleh  kaum remaja  dimaknai  sebagai  sim-
                                                                              "
              bol  kemodernan.  Tidak  mengherankan     bila  seluruh  asesoris ke-
              modernan"    itu  tidak  otomatis  mencerminkan  perilaku  yang kon-
                                         j
              sisten,  seperti  memakai am    tangan  mahal-mahal,    tapi  datang
              selalu  terlambat,  atau  ke  mana-mana    bawa   telepon  genggam
              tapi  selalu  ingkar  janji  tanpa  memberi  keterangan.  Jadi,  di  sini
              ada  jarak  dalam  mempersepsi    produk-produk     tersebut  antara
              si  perancangnya   dengan   si  konsumen    yang  masih   remaja.  Si
   189   190   191   192   193   194   195   196   197   198   199