Page 201 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 201
terutama untuk sharing persoalan-persoalan keremajaan yang
selama ini cenderung ditutup-tutupi atau di-sharing-kan dengan
kawan usia sebaya yang sama-sama tidak tahu, sehingga aki-
batnya lebih fatal.
J
Tentu saja ada catatan penting, bahwa pergeseran fungsi
dan peran guru tersebut belum tentu cocok diterapkan pada
semua remaja di negeri ini. Bagi remaja yang tinggal di daerah-
daerah terisolasi, sehingga arus informasi masih terbatas, sangat
mungkin fungsi dan peran guru dalam paradigma lama seperti
mengajari, menggurui, sebagai makhluk serba bisa, patut diper-
caya dan dicontoh, dan pola relasi yang subordinat masih rele-
van, sedangkan fungsi dan peran guru dalam paradigma baru
justru akan membuat komunikasi terhenti. Jadi pergeseran fungsi
dan peran itu sifatnya sangat kondisional dan situasional.
Kecuali itu, pergeseran fungsi dan peran guru dari para-
digma lama ke paradigma baru itu tidak akan pernah terjadi
bila posisi guru sendiri tidak berdaya.
3. Hilangnya Peran Guru
Berdasarkan hasil refleksi kita selama ini, beberapa hal yang
menyebabkan posisi guru menjadi tidak berdaya adalah selain
karena tidak pintar, malas, gaji rendah, juga masih terjerat oleh
lingkaran birokrasi. Agak aneh memang, saat birokrasi lain meng-
alami pelonggaran, birokrasi pendidikan justru makin represif.
Sebagai contoh, bila semula DP3 untuk kenaikan pangkat bagi
guru negeri cukup ditandatangani oleh kepala sekolah, setelah
reformasi justru harus ditandatangani oleh pengawas Kanwil
Pendidikan. Kebijakan ini, selain mengebiri fungsi kepala seko-
lah, juga menghambat kerja guru. Sedangkan di sekolah-sekolah
swasta, dengan berlindung di balik krisis ekonomi, kontrol ter-
hadap guru makin ketat dengan alasan pendapatan sekolah
menurun. Guru yang memiliki perbedaan pendapat atau sedikit
lebih kritis terhadap kepala sekolah atau yayasan, diteror dan
diintimidasi agar keluar atau berhenti kritis sama sekali.