Page 282 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 282

Bila  diminta  mengambil   sikap,  maka  di  antara  pandangan
              yang  berbeda  itu  penulis  termasuk  dalam  kelompok  yang  meya-
              kini  bahwa  di  Indonesia  sekarang  ini,  tidak  ada  otonomi  pergu-
              ruan  tinggi,  baik  di  PTN  maupun  PTS.  Yang  ada  hanyalah  ilusi
              tentang  otonomi   perguruan   tinggi.  Manifestasinya,  untuk  PTN
              yang  ada  hanya  "privatisasi",  sedangkan   untuk  PTS  komodifi-
              kasi.  Baik  untuk  PTN   maupun    PTS,  yang  disebut  "otonomi"
              hanya  sebatas  soal  pembiayaan,    sedangkan   soal  kewenangan
              tidak  diberikan   sepenuhnya.    Secara  bodon,  biayane  goleko  dewe,
              ning  peraturane  aku  (pemerintah)  sing  gazve.  PTN/PTS  tidak  bisa
              m e m u t u s k a n  secara  i n d e p e n d e n  apa  y a n g  ingin  m e r e k a
              kembangkan    di  perguruannya.  Kasus  yang  tampak nyata   di  PTN
              adalah  mengenai    UMPTN.     Meskipun    para  pimpinan   PTN   di
              seluruh   Indonesia   sepakat   untuk   m e m p e r t a h a n k a n  sistem
              U M P T N  setahun  sekali,  tapi  Menteri   Pendidikan    Nasional
              mendorong-dorong     agar  UMPTN     diselenggarakan   oleh  masing-
              masing   PTN   saja  dan  bisa  dua  kali  dalam   setahun.  Secara
              konseptual   sah,  tapi  secara  politik,  kalau  pemerintah  memang
              sudah   memberikan     otonomi    kepada   PTN,   biarkanlah    PTN
              menentukan    sistem  penerimaan    mahasiswa    baru  yang  mereka
              pandang   paling  cocok,  tidak  perlu  diatur-atur  lagi.

                   Bukti  lain  tidak  adanya  otonomi  perguruan   tinggi  adalah
              betapa  susahnya,   misalnya,   mau  menghilangkan     mata   kuliah
              seperti  Kewiraan,  Pancasila,  dan  Agama   untuk  diganti  dengan
              mata  kuliah  lain  yang  lebih  relevan  dengan  kebutuhan  mahasis-
              wa  karena  adanya  Kurikulum    Nasional  (Kurnas).  Kurnas  meru-
              pakan  hidden  agenda  pemerintah  yang  harus  dijalankan  oleh  PTS
              maupun   PTN,  tapi sekaligus membelenggu    otonomi PTS dan PTN.

                   Hal  itu  berbeda  sekali  dengan  kondisi  pendidikan  di  nega-
              ra-negara  maju,  seperti  Jerman,  Inggris,  dan  Amerika   Serikat.
              Dukungan    dana  dari  pemerintah  di  sana  sama  sekali  tidak  ber-
              tentangan   dengan   otonomi   luas  yang  dimiliki  universitas.  Di
              Amerika   Serikat,  misalnya,  universitas-universitas  swasta  tidak
              mempunyai     kaitan  dengan   pemerintah,   selain  bahwa   mereka






              282
   277   278   279   280   281   282   283   284   285   286   287