Page 289 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 289
Asas kemandirian atau kemerdekaan itu selalu ditekankan
oleh Ki Hadjar Dewantara, baik dalam konsepsi maupun dalam
praktik. Secara konsepsi, terlihat sekali dalam Kidung Wasita Rini
gubahan Ki Hadjar yang mengatakan: " . . . Mardika iku jarwanya,
nora mung lepasing pangreh, irtg uga kuat kuwasa, amandiri prijatigga
..." (Merdeka berarti tidak saja bebas lepasnya seseorang dari
kekuasaan orang lain, tapi berarti kuat dan mampu berdiri
sendiri). Kalau kita ingin menjadi orang merdeka, harus anggup
s
berdiri sendiri, tidak menggantungkan dan mengharapkan
bantuan orang lain.
Sedangkan dalam praktik, dapat dilihat dari prinsip-prinsip
yang dijalankan oleh Perguruan Taman Siswa. Cita-cita Ki Hadjar
Dewantara dengan gerakan hidup Taman Siswa, yang dalam
wujud geraknya merupakan lembaga pendidikan dan kebuda-
yaan, ialah manusia salam bahagia, masyarakat tertib damai.
Di Perguruan Taman Siswa, tidak dikenal hubungan antara
majikan-buruh, pemberi kerja-pekerja. Taman Siswa sejak lahir-
nya telah menentukan nafkah pamong-pamongnya berdasarkan
kebutuhan hidup keluarga.
Ki Hadjar sendiri telah mengajarkan tiga asas dalam per-
kembangan kebudayaan yang lebih populer dengan sebutan asas
Tri-kon. Asas ini dipakai sebagai pedoman dalam rangka menye-
leksi pengaruh budaya dari luar agar perkembangan kebudayaan
tidak kehilangan arah. Tapi tiga asas ini pun bisa dipakai sebagai
pedoman dalam perkembangan dunia pendidikan.
Asas Tri-Kon tersebut terdiri dari asas konsentrisitas, asas
kontinuitas, dan asas konvergensi. Artinya, perkembangan bu-
daya mesti tetap terkonsentrasi pada budaya asli, perkembangan
budaya tetap berlangsung secara terus-menerus secara berkesi-
nambungan agar tetap terkait dengan budaya ebelumnya (asli).
s
Dan perkembangan itu selalu dikaitkan dengan kepentingan
yang lebih luas. Seperti diterangkan dalam kutipan berikut, ter-
lihat bagaimana kontinuitas dipakai sebagai pedoman.
290