Page 290 - Pendidikan Rusak-Rusakan (Darmaningtyas)
P. 290
Kebudayaan itu bersambung secara kontinu, bersambung tak putus,
merupakan garis kehidupan suatu bangsa yang tumbuh dan berkembang
maju. Dengan perkembangan dan kemajuannya menerima pengaruh
nilai-nilai baru, garis kemajuan suatu bangsa ditarik terus. Bukan lon-
catan terputus-putus dari garis asalnya. Loncatan putus akan kehi-
langan pangkal asalnya untuk maju selanjutnya dan akan sesat kehilang-
an pegangannya. Kemajuan suatu bangsa adalah lanjutan garis hidup
asalnya yang ditarik terus dengan menerima nilai-nilai baru baik dari
bangsa sendiri maupun dari luar (hlm. 49)
Jadi, dengan asas ini, perkembangan seluruh sisi kehidupan
tidak meninggalkan akar budaya yang asli. Loncatan-loncatan
yang memutuskan akar budaya asli justru akan kehilangan arah,
sehingga meninggalkan kepribadian bangsa.
Sementara itu, asas konsentrisitas mengajarkan bahwa ma-
nusia sebagai pribadi menjadi pusat perkembangan kebudayaan.
Perkembangan itu diibaratkan sebagai lingkaran (circle) yang
berbentuk micidle punt yang semuanya bersatu di titik pusat.
Diterangkan bahwa lingkaran di luar pribadi adalah keluarga,
dan lingkaran di luarnya adalah bangsa, dan yang paling luas
adalah alam manusia. Semua kepentingan dapat berdiri tanpa
bertubrukan karena masing-masing sudah ada di relnya masing-
masing.
Pendidikan untuk Rakyat
Konsepsi dan sikap pendidikan Ki Hadjar Dewantara tidak
hanya mengarah pada pembentukan manusia merdeka, kebu-
dayaan kebangsaan, tapi juga komitmennya yang kuat terhadap
pendidikan bagi rakyat banyak. Dasar kerakyatan dari perju-
angan Taman Siswa jelas tercantum dalam salah satu dari tujuh
pasal penjelasan asas yang berbunyi:
Oleh karena pengajaran yang hanya terdapat oleh sebagian kecil
dari rakyat kita tidak berfaedah untuk bangsa, maka haruslah golongan
yang terbesar dapat pengajaran secukupnya. Kekuatan bangsa dan
negara itu jumlah dari kekuatan orang-orangnya. Maka dari itu, lebih
baik mengajukan pengajaran untuk rakyat umum daripada mem-
pertinggi pengajaran kalau usaha untuk mempertinggi ini seolah-olah
mengurangi tersebarnya pengajaran bagi rakyat (Mochamad Tauchid:
48).