Page 111 - Tan Malaka - MADILOG
P. 111

pula dikatakan Ilmu Berpikir yang dalam hal kena-mengena, dalam hal
             berseluk-beluk  (verkettung  und  Zusammenhang,  kata  Engels),  bukan
             sendirinya. Sering sekali Dialektika dinamai Ilmu Berpikir pertentangan.
             Dan seperti sudah kita katakan diatas juga pernah dinamai Ilmu Berpikir
             dalam  Gerakan.  Kata  Engels  juga  kita  mesti  mempelajari  suatu  benda
             dengan memperhatikan “pertentangannya, kena-mengenanya serta seluk-
             beluknya, pergerakannya, tumbuh dan hilangnya”.

             Pasal 2. DIALEKTIKA DAN LOGIKA

             Bilakah dipakai Dialektika dan bilakah dipakai Logika?
             Sungguhpun  Dialektika  yang  terutama  menguasai  daerah  kita  berpikir,
             tiadalah ini berarti bahwa Logika tiada berguna sama sekali. Disini belum
             tempatnya  buat  menguraikan  Logika,  tetapi  kita  tiada  pula  asing  lagi
             sama  Logika  itu.  Cara  yang  kita  kemukakan  yang  dipakai  dalam  Ilmu
             Alam ialah cara yang diutamakan dalam Logika. Kita masih ingat yang
             cara tiga itu, yakni Induction, Deduction, dan Verification, seperti yang
             sudah kita terangkan  dahulu.  Tiga cara ini  ada perkenaannya dengan 3
             cara  yang  dipakai  dalam  Matematika,  ialah  Synthetic,  Analytic  dan  ad
             Absurdum. Demikianlah kita sudah berkenalan dengan Logika itu.

             Buat  menjawab  pertanyaan  diatas,  tiadalah  perlu  kita  lebih  dahulu
             menguraikan  Logika  yang  lebar  dan  dalam.  Sambil  mengingat  yang
             sudah-sudah,  cukuplah  kalau  kita  majukan  disini  sifat  Logika  yang
             terutama dan bertentangan dengan sifat Dialektika. Juga perkara ini tidak
             asing lagi. Sudah kita uraikan bahwa menurut Logika ya itu ya dan ya itu
             bukan tidak. Cuma bentuk yang tiada dipakai dalam buku Logika bukan
             bentuk  yang  kita  majukan  begitu,  walaupun  maknanya  sama.  Bentuk
             yang lazim dipakai buat menggambarkan Logika, yakni  A = A ; A bukan
             Non A (tidak A). Jadi Hukum berpikir yang berbentuk A bukan Non A
             itu, sama maknanya dengan ya itu bukan tidak. Dalam buku Logika juga
             sering dikatakan “sesuatu barang bukanlah lawannya barang itu”, “a thing
             is not its opposite”. Tetapi diatas telah diterangkan, bahwa sesuatu barang
             itu boleh lawannya barang itu, A itu boleh Non A, ya itu boleh berarti
             tidak; bola bergerak itu pada satu saat boleh disini dan tak disini. Pada
             satu saat orang itu boleh hidup dan mati. Pada satu waktu air itu boleh air
             atau uap, dsb.
             Bagaimana kita bisa damaikan kedua Hukum Berpikir yang berlawanan
             satu sama lainnya itu? Atau tiadakah mereka bisa didamaikan, sehingga
             kalau yang satu hidup yang lainnya mesti mati? Kalau yang satu dipakai
             yang  lain  mesti  dibuang?  Atau  bolehkah  masing-masing  kita  beri



             110
   106   107   108   109   110   111   112   113   114   115   116