Page 114 - Tan Malaka - MADILOG
P. 114

Marilah  kita  ambil  barang  biasa  saja,  seperti  air.  Kita  tahu  air  dapat
               memutar  roda  kincirnya  orang  Minangkabau,  tetapi  air  saja  berapapun
               kuatnya dialirkan, tak bisa memutar roda Lokomotif yang berat itu yang
               mesti  menarik  sepuluh atau lebih gerobak penuh  muataan pula. Air itu
               mesti dimasak dahulu dalam ketelnya Lokomotif tadi, sampai jadi uap.
               Uap ini dengan memakai kecerdikan tehnik bisa memutar roda tadi terus-
               menerus, dari Jakarta sampai ke Surabaya, kalau perlu sepuluh kali lebih
               jauh. Jadi uap  yang memutar roda Lokomotif tadi bukan air, walaupun
               uap tadi berasal dari air, dan air ini kalau dimasak cukup lama, jadi cukup
               membiarkan Sang Tempoh bekerja, akan jadi air uap. Sekarang akan kita
               pakai  kunci-Ueberweg  buat  menyelesaiakn  persoalan  yang  pasti  seperti
               berikut: Bisakah air memutar roda lokomotif? Kita jawab dengan pasti,
               tidak.  Kalau  sebaliknya  ditanya  dengan  pasti  juga:  bisakah  uap  keluar
               dari  ketel  lokomotif  kita  tadi,  yakni  kalau  cukup  banyak,  memutar
               rodanya? Kita jawab dengan pasti pula, bisa (kalau lokomotif rusak tentu
               jawabnya  pula  rusak!).  Tetapi  pada  saat  Sang  Tempoh,  dimasa  Sang
               Tempoh belum lagi berkesempatan menjalankan kewajibannya pada saat,
               dimasa air tadi sedang bertukar jadi uap, di masa sebagian air sedang jadi
               uap, dan uap masih lekat pada air, pada saat dimasa panasnya air tepat
               100 derajat, disini Ueberweg gagal.
               Kalau  kita  pakai  Kunci-Ueberweg  dan  bertanya:  Bisakah  uap  kita
               semacam  ini  memutar roda lokomotif, kita tidak bisa jawab dengan  ya
               atau tidak saja, tetapi kita pakai Kunci-Dialektika dengan menyelesaikan
               jawabanya dengan ya dan tidak, kembar. Tidak bisa yakni pada saat ini,
               pada satu saat, persis, tepat pada panasnya air 100 º. Pada saat ini Sang
               Tempoh belum beres lagi kerjanya dan Sang Lokomotif masih mendesus-
               desus, seperti naga  marah, dan Bung Masinis  masih  menunggu dengan
               sabar. Tetapi belum habis perkataan tidak bisa tadi dikeluarkan dari mulut
               si  penjawab,  roda  lokomotif  sudah  bergerak,  seolah-olah  membatalkan
               jawab tak bisa tadi dengan perkataan bisa. Jadi pada saat panas air persis,
               tepat 100 º tadi (umpamanya saja) jawab pertanyaan kita mesti bisa dan
               tak  bisa,  ya  dan  tidak,  kembar,  berpadu.  Pada  saat  ini  berkuasalah
               Dialektika: A = Non A.
               Penjawab  yang  berdarah  Dialektika  walaupun  belum  latihan  juga  tiada
               melupakan  tempoh  dalam  perkara  yang  berkenaan  dengan  tempoh.
               Pertanyaan:  Bisakah  uap  air  dimasak  memutar  lokomotif,  akan
               dijawabnya dengan pertanyaan pula; sesudah berapa lama? Sesudah Sang
               Tempoh  dipastikan,  barulah  bisa  dipastikan  ya  atau  tidaknya.  Pada
               daerah inilah berlaku Hukum Logika A = A ; A bukan Non A



                                                                                         113
   109   110   111   112   113   114   115   116   117   118   119