Page 108 - Tan Malaka - MADILOG
P. 108

berbunga pula (samengestelde interest). Dengan kerja semacam itu dari
               turunan  keterurunan,  mereka  menjadi  kaya,  ada  kaya  raya  mempunyai
               tanah dan rumah. Tentulah bukan satu kali hal yang kita tuliskan dibawah
               ini sebagai contoh, yang terjadi semenjak bangsa ini meninggalkan Tanah
               Suci dan mencemarkan kaki pada tanah kita yang dianggap tidak suci ini.
               Sebagai  misal:  Seorang  tuan  tanah  Arab,  kita  namakan  saja  Halal  bin
               Fulus,  sudah  lama  meminjamkan  uang  pada  seorang  petani  Indonesia.
               Petani  menanggungkan  tanah  dan  rumahnya  atas  pinjaman  itu.  Dia  tak
               bisa  melunaskan  hutangnya,  sebaliknya  membeli  makanan  dan  pakaian
               dan membayar pajak pada pemertintah Belanda saja, sebetulnya tak bisa
               ditutup  dengan  hasil  tanahnya  yang  sebidang  kecil  itu.  Keperluan  luar
               biasa  pada  umat  Islam,  seperti  menyunat  dan  mengawinkan  anak  dan
               merayakan Hari Besar Islam, Lebaran, menuntut ongkos luar biasa yang
               bagaimana juga rajinnya dia bekerja tak bisa dipenuhi lagi. Terpaksa ia
               meminjam uang lagi kepada tuan Halal bin Fulus dari Tanah Suci yang
               seagama dengan dia. Melunaskan hutang dan bunganya yang makin lama
               bertambah-tambah  itu.  Tuan  Halal  bin  Fulus  tahu  pula  akan  sifatnya
               petani  Indonesia,  het  zachte  volk  der  aarde,  itu  bangsa  yang  semanis-
               manisnya. Gula Arabpun manis, dan tuan Fulus tak keberatan melebihi
               harga tanggungan. Tetapi pada satu ketika harga tanah pekarangan dan
               rumah  petani  sampai  menjadi  kurang  atau  hampir  saja  dengan  hutang
               bunganya. Disini tuan Fulus baru sekarang petani ada semacam tikus di
               dalam cengkeraman kucing. Seagama atau tidak, dengan manis atau suara
               keras, namun hutang mesti dibayar.

               Kalau kebetulan petani ada mempunyai anak perawan yang cocok sama
               perasaan  tuan  Fulus,  suka  atau  tak  suka  si  perawan,  karena  petani
               kebuntuan jalan, perkara hutang mungkin dihabiskan dengan perdamaian
               diantara  tuan  Fulus  dengan  petani  Indonesia  berdua  saja.  Tetapi  kalau
               petani kebetulan punya anak bujang saja, atau kalau ada perawan yang
               cantik  tetapi  jika  si  ayah  meskipun  kemauan  anaknya  yang  tak  mau
               dikawinkan dengan tuan Fulus yang sudah tua dan beberapa kali kawin
               itu,  maka  disini  timbullah  percekcokan.  Tuan  Halal  bin  Fulus  kita
               andaikan marah dan pergi mengadu ke Pengadilan.

               Perkara diperiksa. Kalau perlu tuan Fulus mencari advokad yang pintar;
               arief  bisaksana,  yang  tentu  akan  berusaha  keras,  menurut  nilai
               pembayarannya.  Dalam  99  diantara  100  perkara  semacam  itu,  tentulah
               tuan Halal bin Fulus berasal dari tanah Suci, yang menang. Petani yang
               tak  kuasa  membeli  beras  atau  sehelai  pakaian  buat  anak  bini  masa
               Lebaran,  kalau  tak  meminjam  lebih  dahulu  pada  tuan  Fulus,  manakah



                                                                                         107
   103   104   105   106   107   108   109   110   111   112   113