Page 127 - Tan Malaka - MADILOG
P. 127

tadi  menjadi  revolusioner  dan  akhirnya  revolusioner  tadi  mendidik
             masyarakat  itu  sendiri  jadi  masyarakat  baru.  Perlantunan  itu  sudah
             berlaku : Si pendidik dididik pula.

             Contoh  semacam  ini  tentulah  dengan  gampang  bisa  digali  dari  sejarah
             Dunia,  terutama  sejarah  Inggris,  Perancis  dan  Rusia.  Tetapi  tak  ada
             salahnya  kalau  kita  meninjau  kemasyarakat  mereka,  yang  dimata  kita
             sekarang sangat turun derajatnya. Tiada sifat kita, cuma mengemukakan
             yang busuk saja.

             Berabad-abad  Lautan  Utara  yang  dahsyat  itu  mengancam  penduduk
             Tanah-rendah,  rendah  dari  pada  lautan  Nederland.  Berapa  korban  yang
             mesti  diberi  buat  menduduki  tanah  berbahaya,  tetapi  subur  itu.
             Demikianlah  Sang  Samudra  mendidik  Belanda  menjadi  pelayar,
             penangkap ikan dan akhirnya penjajah yang berani, tabah, dan insinyur
             air  yang  tak  ada  bandingannya  di  dunia.  Setelah  Belanda  terdiri,  maka
             kepintarannya  dipakai  buat  menguasai  lautan  itu.  Mereka  tiada  senang
             dengan dijknya, parti-lautnya saja dan tanah subur yang dilindungi dijk
             yang  kukuh  itu,  melainkan  dia  dengan  Ilmu  Airnya  yang  tinggi
             mengeringkan laut Zuiderzee menjadi Propinsi yang baru. Juga disini si
             pendidik dididik.

             MISAL KEDUA (MARX)

             Kodrat menghasilkan pesawat itu mempertinggi kekuasaan manusia atas
             Alam kita ini. Ini membikin perhubungan baru antara manusia dan Alam.
             Pada  zaman  Julius  Caesar  orang  Inggris  bertabiat  lain  dari  pada  orang
             Inggris zaman sekarang, zaman Industri. Jadi tabiat manusia itu memang
             tiada tetap.

             Beginilah  salah  satu  catatan  dari  Karl  Marx  dalam  buku  Plechanoff:
             Fundamentals of Marxism. Tak usahlah kita pergi ke negeri Inggris buat
             memeriksa  arti  yang  lebih  dalam  dari  kalimat  diatas.  Memang  bangsa
             Inggris pada zaman Caesar tiada aktif seperti zaman Industri ini. Mereka
             tiada memandang Alam itu sebagai benda yang bisa dirubah, melainkan
             sebagai benda  yang mesti dijunjung, disembah saja. Marilah kita ambil
             misal  dari  bangsa  yang  dekat  pada  Bangsa  Indonesia  ini:  Ialah  Bangsa
             Jepang.
             Belum selang berapa lama bangsa Jepang cuma tunggu saja apa kemauan
             Alamnya.  Gempa  bumi  yang  disana  maha  dahsyat  itu  memang  datang
             semau-maunya saja, tak bisa diketahui oleh Jepang Zaman kolot. Selain
             dari  berpangku  tangan  menunggu  datangnya  Sang  Gempa,  berterima




             126
   122   123   124   125   126   127   128   129   130   131   132