Page 123 - Tan Malaka - MADILOG
P. 123

sebenarnya. Bukan yang diimpikan dalam buku atau teori saja. Kotor atau
             bersihnya  pekerjaan  atau  kelakuan  Yahudi  misalnya,  tergantung  pada
             penjuru pemandangan. Juga tergantung pada keadaan hidup.

             Sebab Feuerbach tiada memandang pekerjaan manusia itu sebagai yang
             sebenarnya,  maka  ia  tinggal  memimpikan  manusia  yang  suci,  yang
             tercerai dari masyarakat, satu Resi. Sedangkan Marx menganggap yang
             ada  itu,  pekerjaan  manusia  itu  sebagai  yang  sebenarnya,  menuntut
             revolusi  masyarakat  dan  ekonomi  sebagai  satu  perjanjian  buat  manusia
             baru.
             Begitulah kira-kira makna thesis pertama itu, walaupun seluruhnya thesis
             itu  sudah  lebih  dari  20  tahun  dalam  “jembatan  keledainya”  peringatan,
             saya tiada mau menyalin begitu saja ke dalam bahasa Indonesia. Salinan
             rapi satu persatu kata, dari Jerman ke Inggris saja sudah begitu susah, dari
             Jerman  ke  bahasa  Italia  boleh  dbilang  perkara  mustahil,  apalagi  dari
             Jerman  ke  Indonesia,  satu  bahasa  Timur.  Selain  kesusahan  salin-
             menyalin,  juga  kesusahan  makna.  Sepak  terjangnya  Marx  menulis,
             tentulah  sepadan  dengan  sepak  terjangnya  Pujangga  Jerman  dalam
             lingkunagn kesusasteraan dan filsafat Jerman. Sebab itu saya ambil isinya
             saja  dengan  tambahan  disana-sini  buat  penjelasan.  Perkara  yang  tak
             berhubungan dengan masyarkat kita dan ketenagaan panjang yang susah
             dimengerti, saya singkirkan saja. Dan saya kira arti yang tepat tiada saya
             lupakan.
             Thesis  ke-2  mempersoalkan  apakah  dalam  berpikir  ada  termasuk
             gestandlichtkeit,  yang  nayta  kebendaan,  menurut  kata  Marx,  yakni,
             bukanlah  persoalan  teori,  bahwa  melainkan  persoalan  praktek.  Cuma
             dalam  praktek,  nyata  atau  tak  nyata  orang  tahu  manusia  itu  berpikir.
             Maksudnya  Marx  sudah  tentu  pikiran  yang  membawa  aksi,  membawa
             kekuasaan  seperti  pikiran  revolusioner  (atau  pikiran  yang  berhasil
             membawa  perubahan  masyarakat  seperti  pikiran  Edison  dll)  bukan
             impian satu Resi.
             Bagian  akhir  dari  Thesis  ke-3  juga  berarti:  Mengubah  masyarakat  dan
             Fatigketi  itu,  yang  hanya  boleh  diartikan  dengan  aksi  revolusioner,
             pekerjaan pemberontakan.
             Persoalan    apakah     manusia     berpikir   itu   ada    atau    tidaknya
             Gegenstandlichkeit, kebendaan kata Marx seterusnya, adalah hasil yang
             semata-mata  scholastic  (cara  berpikir  Zaman  Tengah  yang  selalu
             dihubungkan  dengan  agama  Christen).  Kita  masih  ingat,  pada  bagian
             bermula  pada  buku  ini.  disana  pikiran  itu  berasal  dari  Rohani  dan



             122
   118   119   120   121   122   123   124   125   126   127   128