Page 128 - Tan Malaka - MADILOG
P. 128

kasih  pada  Yang  Mahakuasa,  kalau  korban  harta  dan  jiwa  tiada  lebih
               banyak dari yang dideritanya. Selain dari pada berserah itu Jepang Kolot
               tiada bisa berlaku! Tetapi industri yang pesat majunya dan berhubungan
               dengan  ini  ilmu  Bukti  dan  Pesawat  yang  pesat  pula  mengembangnya,
               mengubah tabiat bangsa Jepang dari orang penunggu berpangku tangan
               “menjadi manusia” menyingsingkan lengan baju, bersiap sebelum hujan.
               Sekarang rumah dan gedung didirikan menurut pesawat dan ilmu baru,
               dan datangnya gempa itu bisa diketahui dengan perkakas gempa. Disini
               juga nyata pesawat itu mempertinggi kekuasaan bangsa Jepang atas Alam
               itu.  Juga  nyata  pesawat  itu  mengubah  sifat  passief,  penerima,  menjadi
               aktif, penyerang.
               Gempa pada tingkat bermula mendidik orang Jepang menjadi ahli gempa.
               Pada  tingkat  kedua  daerahnya  gempa  itu  oleh  ahli  gempa  dijadikan
               daerah, dimasa sang gempa, walaupun belum lagi terbasmi, tetapi sudah
               berkurang,  terkendali.  Perlantunan  juga  berlaku  di  Jepang.  Pada  negeri
               yang  dahulunya  damai,  penerima  dengan  senyum  seperti  senyumnya
               bunga Chrisantium, bangsa Sakura.
               MISAL KETIGA (MARX).

               Manusia  itu  dengan  berlaku  atas  Alam  diluar  dirinya  sendiri  menukar
               Alam  itu  dan  akhirnya  menukar  dirinya  sendiri.  Dalam  beberapa  ratus
               tahun  dibelakang  ini,  penduduk  Jawa  tak  perduli  atas  pimpinan  bangsa
               lain  atau  tidak!  Sudah  menukar  Jawa  berhutan  rimba  lebat,  menjadi
               “Kebun Asia”.

               Dahulu Indonesia Jawa terkenal sebagai perantau, pemindah pelajar dan
               pedagang  sampai  ke  benua  Afrika  dan  Amerika  Tengah.  Sekarang  itu
               ternama sebagai penduduk “honkvst blijft zitten in zijn dessa”, melekat
               pada desanya, sesudah bermacam tipuan halus atau kasar dijalankan, baru
               dia tinggalkan desanya buat pergi ke “Seberang”, sedangkan dahulu kala
               seberang ini dianggap tak berapa jauh dari dapurnya, sekarang Seberang
               itu  berupa  Negeri  entah-berentah,  entah  dimana  letaknya  dan  entah
               berapa jauhnya dari desanya.

               Tiada  mengherankan,  pada Zaman dahulu dia  meninggalkan desa  juga,
               terutama  juga  sebab  tiada  jauh  dari  desa  itu  ada  rawa  yang  selalu
               mengancam  dia  dengan  penyakit  demam  kura  atau  hutan  rimba  yang
               penuh ular dan macan yang berbahaya kalau dilalui, laut Jawa yang boleh
               dibilang tenang dan penuh ikannya, melambaikan ombaknya putih-putih
               memanggil  dia,  mengombak  mengayunkan  dia  ke  pantai  pulau  lain  di
               Indonesia  dimana  penghidupan  sebagai  petani,  penangkap  ikan  atau



                                                                                         127
   123   124   125   126   127   128   129   130   131   132   133