Page 8 - Tan Malaka - MADILOG
P. 8
Disamping gambar tertulis : “Ir. Sukarno dan Drs. Muhammad Hatta
berjabatan tangan sebagai pengakuan bekerja bersama-sama guna
masyarakat.”
Dengan hampa tangan saya cari tulisan kedua pemimpin tadi yang
bersangkutan dengan persoalan. 1. bagaimana tata negara Asia Raya, 2.
Bagaimana kedudukan Indonesia Raya dalam Asia Raya cetakan militer
Jepang itu, 3. Bagaimana tata negara Indonesia Merdeka sendiri, 4,
5…………ad.infinitum, yakni tidak berhenti seterusnya
…………Kesimpulan: kedua pemimpin nasionalis sudah mulai
menjalankan cita-citanya, ialah di bawah ujung pedang Samurai.
Akhirnya perbedaan yang ketiga. Sedangkan kedua pemimpin tersebut
disambut dengan kegirangan oleh pengikutnya secara resmi, seperti
"bever’’ (berang-berang – catatan editor) yang terkenal tinggal di lubang
yang dibikinnya di bawah air itu, saya masuk mesti memakai segala
anggota keawasan, yang memang sudah terlatih dalam pelarian yang
lebih dari 20 tahun lamanya. Apabila kelak sudah pasti bahwa golongan
(klas) yang saya pertahankan selama ini boleh menjalankan haknya,
maka barulah kelak saya akan meninggalkan "sarang’’.
Tetapi sarang sekarang memang lebih baik tempatnya dari yang sudah-
sudah. Letaknya tidak lagi di Tiongkok atau di tepi tapal batas Jajahan
Belanda, walaupun di Indonesia juga seperti 4 tahun yang lalu, tetapi di
tengah-tengah Rakyat dan kaum yang sebentuk badan dan mukanya
dengan saya dan yang lekas saya bisa mengerti perkataan dan tingkah
lakunya. Tetangga saya tiada lagi cerewet mencampuri, siapa saya, dan
dari mana saya datang sebab bentuk badan, muka dan bahasa semuanya
sama………..
Dari sini saya bisa mempelajari sikap dan perbuatan tentara Jepang,
serta sikap dan perbuatan pemimpin Indonesia Raya dalam lingkungan
Asia raya. Tetapi saya tiada boleh mengharapkan lebih dari
mempelajarinya saja.
Saya kenal Rakyat Jelata Jepang di masa damai. Mereka tahu
membedakan yang buruk dengan yang baik tentang hal yang datang dari
barat. Mereka bersifat berani dan berlaku ramah tamah terhadap bangsa
lain. Tetapi tentara Jepang yang sekarang mengawasi musuh dengan
pedang terhunus, dan sering hilang kesabaran terhadap kaum pekerja
bangsa Indonesia, tiadalah satu organisasi yang patut diajak berembuk
tentang politik yang berdasarkan ke-proletar-an.
Ketua Kota Jakarta (H. Dachlan Abdullah) ini duduk sebangku dengan
saya, ketika belajar di Indonesia dan sering sekamar tidur dan makan di
Indonesia dan Eropa. Drs Mohammad Hatta bukan asing buat saya.
Saya belum bertemu muka dengan Ir. Sukarno. Tetapi perkataan
7