Page 13 - Tan Malaka - MADILOG
P. 13

buku  baru,  lebih-lebih  yang  berhubungan  dengan  ekonomi  Asia,
             membikin  kantong  saya  seperti  boneka  yang  tiada  berdaya  apa-apa.
             Tetapi tiada banyak bahagia yang saya peroleh. Sebab kelumpuhan otak
             seperti saya sebutkan di atas, maka tak lebih dari satu jam sehari saya
             bisa  membaca  buku  bertimbun-timbun  itu.  Saya  terpaksa  menunggu
             sampai  kesehatan  membenarkan,  tetapi  rupanya  pustaka  tak  bisa
             mengawani saya.

             Pada perang Jepang – Tiongkok di Shanghai penghabisan tahun 1937,
             tiga hari lamanya saya terkepung di belakang jalan bernama "North Su
             Chuan Road’’, tepat di tempat peperangan pertama meletus. Dari North
             Su  Chuan  Road  tadi  Jepang  menembak  kearah  Pao  Shan  Road  dan
             tentara Tiongkok dari sebaliknya. Di antaranya di kampung Wang Pan
             Cho  saya  dengan  pustaka  saya  terpaku.  Sesudah  dua  atau  tiga  hari
             tentara  Jepang  memberi  izin  kepada  kampung  tempat  saya  tinggal
             berpindah  rumah,  pergi  ke  tempat  yang  lebih  aman  dalam  waktu  5
             menit  saja.  Saya  turut  pindah  tergopoh-gopoh.  Tentulah  pustaka  saya
             mesti  tinggal.  Ketika  saya  kunjungi  rumah  saya  sesudah  habis  perang
             yakni  sesudah  sebulan  lamanya,  maka  sehelai  kertaspun  tak  ada  yang
             tinggal. Begitulah rapinya "lalilong’’ alias tukang copet bekerja. Hal ini
             tidak  membikin  saya  putus  asa.  Selama  toko  buku  ada,  selama  itu
             pustaka bisa dibentuk kembali. Kalau perlu dan memang perlu, pakaian
             dan makanan dikurangi.
             Sampai saya ditangkap di Hongkong pada 10-10-1932, saya sudah punya
             satu  peti  pula.  Sesudah  dua  bulan  di  dalam  penjara,  saya  dilepaskan
             buat dipermainkan seperti kucing mempermainkan  tikus. Maka dekat
             Amoy,  saya  bisa  melepaskan  diri.  Tetapi  dengan  melepaskan  pustaka
             saya  sendiri.  Pustaka  saya,  tanpa  saya,  berlayar  menuju  ke  Foechow.
             Saya  terlepas  dari  bahaya,  tetapi  juga  terlepas  dari  pustaka.  Saya
             berhasil  menyamar  masuk  ke  Amoy  dan  terus  ke  daerah  dalam  Hok
             Kian  tiga-empat-tahun  lamanya,  terputus  dengan  dunia  luar  sama
             sekali, beristirahat, berobat sampai sembuh sama sekali.
             Pustaka  baru  yang  saya  kumpulkan  di  Amoy  dari  tahun  1936  sampai
             1937,  juga  sekarang,  juga  sekarang  terpendam  disana,  ketika  tentara
             Jepang masuk pada tahun 1937. Malah dua tiga buku-buku peringatan
             yang  penting  sekali  yang  bahannya  diperoleh  dengan  mata  sendiri,
             ialah:  catatan  penting,  buat  buku-buku  yang  sekarang  saya  mau  tulis,
             mesti  saya  lemparkan  ke  laut  dekat  Merqui,  sebelum  sampai  di
             Ranggoon.

             Putusan bercerai dengan dua buku catatan itu diambil dengan duka cita
             sekali. Tetapi putusan itu belakangan ternyata benar. Duanne Ranggoon
             memeriksa buku-buku saya yang masih ada dalam peti seperti "English
             Dictionary’’  dengan  teliti  sekali,  malah  kulitnya  diselidiki  betul-betul.



             12
   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18