Page 203 - Buku Kemdikbud Ki Hadjar Dewantara
P. 203
culturally traditional group, the Pagujuban Selasa-Kliwon,
which met under the well-known Jogjakarta mystic Pangeran
Surjamataram to discuss questions of Javanese mysticism
(kebatinan). It decided that what Indonesia needed most was a
good national education, and when one of its members, Suwardi,
succeeded in founding the first Taman Siswa school, the group
disbanded on the grounds that its ideal had been realized,
various of its members thereupon forming the institute's first
board of governors (Mc Vey 1967:130, 131).
Faktor penjelasan dan alasan utama perubahan lapangan
perjuangan itu tentunya berkaitan erat dengan pertimbangan,
analisis, pemikiran dan kearifannya dalam memandang
dan memilih ranah pendidikan untuk menjadi kiprah dan
sumbangsihnya untuk pergerakan kebangsaan dan perjuangan
kemerdekaan Indonesia. Dalam tulisan-tulisan kritisnya yang
tersebar di berbagai media, ketika masih menggeluti dunia pers,
aspek pendidikan terselip dan tersebar pada berbagai gagasan
dan pemikiran politiknya, yang kian mendapat wujudnya
dalam pandangannya tentang kebudayaan. Perhatian tentang
kebudayaan tampak ketika berada pada masa pengasingan di
Negeri Belanda. Formulasi yang lebih tajam,mengarah dan
utuh terjadi sejak pidato pengantarnya pada pembukaan dan
pendirian sekolah serta perkumpulan Taman Siswa yang dimuat
dalam terbitan resminya.
Untuk itu tidaklah mudah untuk menelusuri dan
mengungkapkan faktor intelektual dan visioner tersebut, karena
Sekilas Tentang Langkah Perjuangan Soewardi 203