Page 201 - Buku Kemdikbud Ki Hadjar Dewantara
P. 201

sehingga mudah jatuh ke dalam perangkap dan jebakan lawan-

            lawannya,  terutama  pemerintah  kolonial.  Dalam  saat-saat
            seperti  itu,  percakapan  tentang  perjuangan  pendidikan  kerap
            muncul dan mendapat perhatian yang seksama dari Suwardi.
            Bertalian  dengan pertimbangan itu,  peristiwa  pertemuan

            Suwardi dengan dua tokoh pendidikan modern Islam menjadi
            signifikan dan relevan. Pada pertengahan tahun 1920, Suwardi
            dan sang isteri terlibat pembicaraan mendalam dengan dua tokoh
            penting Muhammadyah yang memaparkan rencana dan strategi

            perjuangan perkumpulan mereka dalam menghadapi rintangan
            dan hambatan  colonial.  Dalam  perbincangan  itu,  Suwardi
            sempat mengungkapkan gagasan hendak mendirikan suatu
            lembaga  pendidikan nasional yang berjuang untuk mencapai

            kemerdekaan walau tidak menentukan waktu yang pasti untuk
            mewujudkannya (Dewantara 1984: 104).
                   Berikutnya, dua peristiwa perlu dicermati  untuk
            memperoleh  alasan  peralihan  lapangan  perjuangan  itu.

            Peristiwa pertama adalah pengalamannya dalam perkumpulan
            budaya di lingkungan Puri Pakualaman, Yogyakarta, Sarasehan
            (Perkumpulan  atau  Gerombolan)  Slasa (Selasa)  Kliwonan.
            Peristiwa berikutnya adalah pengalamannya  mengajar di

            sekolah Adi Darma di kota yang sama. Dalam perkumpulan
            budaya,  yang mendekati  penempaan  kebatinan  dan pencarian
            kebijaksanaan,  pokok  bahasan  hingga  meliputi  konsepsi
            pendidikan tradisional Jawa untuk kepentingan nasional dalam

            lingkup keprihatinan terhadap perubahan yang ditimbulkan oleh

                               Sekilas Tentang Langkah Perjuangan Soewardi  201
   196   197   198   199   200   201   202   203   204   205   206